Minggu, 02 Juni 2013

Bukti Nyata Kebenaran Allah SWT Maha Pengampun Lagi Maha Penerima Taubat



Teman, ini posting aku yang kedua. Kali ini aku mau share informasi, sedikit berbagi ilmu tentang bukti bahwa sesungguhnya Allah SWT itu memang benar adanya Maha Pengampun dan Maha Penerima Taubat. Insya Allah informasi ini benar, teman-teman bisa lihat di sumber yang aku tulis di paling bawah postingan ini supaya teman-teman bisa lebih yakin.

Sebenarnya informasi ini aku udah pernah dengar sebelumnya entah aku lupa dimana. Kalau ga salah pas lagi di SMA waktu pelajaran agama di kelas. Waktu itu aku cuma dengarin, ga tau itu sumbernya diambil dari mana. Pas belum lama ini aku baca-baca kumpulan hadis, aku baru tau ternyata informasi ini berasal dari salah satu Hadis Shahih dari kitab Bukhari dan Muslim. Mungkin teman-teman udah pada tau penjelasan ini. Atau juga sama kaya aku, tau tapi baru tau sumbernya. Atau mungkin baru tau beneran. Tapi ga masalah kok, soalnya di sini kita kan sama-sama belajar :)

Begini bunyi hadisnya:
Dari Abu Sa'id (Sa'ad bin Malik bin Sinan) al-Khudry berkata: Rasulullah saw bersabda, "Pernah terjadi pada umat terdahulu seseorang yang telah membunuh 99 jiwa kemudian ingin bertaubat maka ia pun mencari seorang alim lalu ditunjukkan kepadanya seorang pendeta maka ia pun bertanya, "Sesungguhnya saya telah membunuh 99 jiwa apakah ada jalan bagiku untuk bertaubat?" Jawab pendeta, "Tidak ada" Seketika pendeta itupun dibunuhnya sehingga genaplah 100 orang yang telah dibunuhnya.

Kemudian ia mencari orang alim lainnya dan ketika telah ditunjukkan ia pun menerangkan bahwa ia telah membunuh 100 orang apakah ada jalan untuk bertaubat? Jawab si alim, "Ya, ada dan siapakah yang dapat menghalangimu untuk bertaubat? Pergilah ke dusun itu karena di sana banyak orang-orang yang taat kepada Allah. Maka berbuatlah sebagaimana perbuatan mereka dan jangan kembali ke negerimu ini karena negerimu ini adalah tempat penjahat."

Maka pergilah orang itu tetapi di tengah perjalanan mendadak ia mati. Maka bertengkarlah Malaikat rahmat dengan Malaikat siksa. Malaikat rahmat berkata, "Ia telah berjalan untuk bertaubat kepada Allah dengan sepenuh hatinya." Malaikat siksa berkata, "Ia belum pernah berbuat kebaikan sama sekali." Maka datanglah seorang Malaikat berupa manusia yang menjadi juru penengah (hakim) di antara mereka. Ia berkata, "Ukur saja jarak antara dusun yang ditinggalkan dan yang dituju maka kemana ia lebih dekat, masukkanlah ia kepada golongan orang sana. Maka diukurlah kedua jarak itu dan ternyata lebih dekat kepada dusun orang-orang baik yang dituju, kira-kira terpaut sejengkal. Maka dipeganglah ruhnya oleh Malaikat rahmat."
(HR Bukhari dan Muslim)

Nah apa yang bisa kita pelajari hari ini dari hadis ini? Sebelum kita melangkah lebih jauh, aku minta coba teman bayangin sebuah bentuk dosa yang paling besar yang pernah teman lakuin. Coba bayangin dosa teman yang menurut teman itu paling besar dan bahkan karena terlalu besarnya teman-teman beranggap dosa yang teman lakuin itu ga bisa dimaafin Allah. Entah itu dosa ke diri sendiri, teman, sahabat, tetangga, saudara seiman, keluarga, orang tua, atau bahkan kepada Allah sendiri. Coba teman bayangin.

Sudah? Sekarang coba teman bayangin dosa karena membunuh seorang manusia. Aku belum tau ayat mana yang menjelaskan bahwa membunuh itu dosa besar, kalau teman tau bisa di tulis di komentar yah biar kita sama-sama belajar. Tapi satu yang aku pahamin dan aku yakin kita sepakat kalau membunuh seorang manusia itu salah satu bentuk dosa besar. Membunuh satu manusia aja dosa besar, apalagi membunuh 100 manusia. 100x lipat dari besarnya dosa membunuh seorang manusia. Ditambah juga ia sama sekali belum pernah melakukan kebajikan. Kebayang ga sih kalau di neraka bisa dapet siksa sebesar kaya apa itu? Tapi apa yang terjadi? Pembunuh tersebut masuk surga, pertimbangannya adalah “jarak” lebih dekat sejengkal ke dusun tempat golongan orang baik yang ia tuju dibandingkan ke dusun tempat golongan orang jahat yang ia tinggalkan.

Kalau kita bicara secara biasa aja gitu ga mendalam pasti kita ga bisa terima dong sebagai manusia. Masa iya bunuh 100 manusia ditambah ga ngelakuin kebaikan bisa masuk surga?  Tapi itulah kebesaran Allah sesuai Surat At-Tahriim ayat 8, yang berbunyi:

Hai orang-orang yang beriman, bertaubatlah kepada Allah dengan taubatan nasuhaa (taubat yang semurni-murninya). Mudah-mudahan Rabbmu akan menutupi kesalahan-kesalahanmu dan memasukkanmu ke dalam jannah yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, pada hari ketika Allah tidak menghinakan Nabi dan orang-orang mu'min yang bersama dia; sedang cahaya mereka memancar di hadapan dan di sebelah kanan mereka, sambil mereka mengatakan: "Ya Rabb kami, sempurnakanlah bagi kami cahaya kami dan ampunilah kami; Sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu."” (QS At-Tahriim: 8)

Allah memiliki kekuasaan atas segala sesuatu, apa yang dikehendaki-Nya itulah yang terjadi. Kita sebagai manusia biasa tidak luput salah dan dosa. Walau semua telah dikehendaki sang pencipta, namun kita sebagai manusia harus senantiasa berikhtiar tuk bertaubat nasuha atas dosa-dosa yang kita lakukan. Taubat nasuha ya, bukan taubat sambel tomat yang sebentar-bentar kumat. Taubat yang semurni-murninya. Berjanji dengan lisan dan hati tuk tidak akan mengulanginya lagi, dibuktikan dengan perbuatan, dan diikuti dengan perbuatan kebajikan lainnya, itulah makna taubat yang sebenarnya :)

Oke sekarang kita udah paham bahwa pembunuh itu bisa masuk surga karena Allah yang Maha Kuasa atas segala sesuatu (tentu dengan disertai ikhtiar pembunuh tersebut dalam mencari jalan untuk bertaubat kepada Allah SWT atas dosa-dosanya). Sekarang kita bahas masalah “jarak”. Mengapa “jarak” yang dijadikan ukuran malaikat memasukan pembunuh tersebut ke dalam surga (tentu saja atas izin Allah)? Kalau pemahaman aku “jarak” disini memiliki makna yang sangat dalam. “Jarak” disini menggambarkan kondisi niat si pembunuh tersebut untuk bertobat dan meninggalkan kemaksiatan yang lebih cenderung benar-benar bertaubat ke arah kebaikan daripada kembali pada kejahatan. Aku pernah dengar orang yang masuk surga itu adalah orang yang “lebih berat” timbangan pahala kebaikannya daripada keburukannya. Walaupun beda sekilo, se-ons tapi kalau lebih berat ke arah kebaikan insya allah masuk surga (teman-teman yang lebih paham silahkan dilengkapi keterangan aku ya kalau memang aku benar dan tolong koreksi ya kalau aku salah). Si pembunuh tersebut benar-benar bersungguh-sungguh bertobat sehingga Allah angkat ia ke dalam surga-Nya.

Lalu timbul pertanyaan “loh gimana dong sama orang kafir yang kerjanya kebaikan melulu dan jarang buat dosa? Kan berat tuh timbangan kebaikannya dibanding kejahatannya? Masuk surga dong?” Nih penjelasannya ada di Surat Ibrahim ayat 18, yang berbunyi:

“Orang-orang yang kafir kepada Tuhannya, amalan-amalan mereka adalah seperti abu yang ditiup angin dengan keras pada suatu hari yang berangin kencang. Mereka tidak dapat mengambil manfaat sedikitpun dari apa yang telah mereka usahakan (di dunia). Yang demikian itu adalah kesesatan yang jauh” (QS Ibrahim: 18)

Dari penjelasan ayat itu bisa kita pahamin kebaikan apa yang dilakukan orang kafir ga ada artinya di mata Allah SWT alias sia-sia. Bagai abu yang ditiup angin. Gimana sih nasib abu kalau ditiup angin? Lenyap gitu aja kan? Nah begitu juga amalan kebaikan orang kafir semua lenyap dan sia-sia. Mangkanya nabi Ibrahim AS dan nabi Ya’qub AS berwasiat kepada anak-anaknya, wasiatnya itu bisa kita baca di Surat Al-Baqarah ayat 132, yang berbunyi:

“Dan Ibrahim telah mewasiatkan ucapan itu kepada anak-anaknya, demikian pula Ya’qub. (Ibrahim berkata): "Hai anak-anakku! Sesungguhnya Allah telah memilih agama ini bagimu, maka janganlah kamu mati kecuali dalam memeluk agama Islam" ” (QS Al-Baqarah: 132)

Dan Allah juga berfirman dalam Surat Ali Imran ayat 102, yang berbunyi:

“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa kepada-Nya; dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan beragama Islam” (QS Ali Imran: 102)

Nah udah cukup jelaskan kalau yang menyebabkan orang kafir ga bisa masuk surga itu karena amal ibadah kebaikannya ga diterima tapi dosanya diakui. Mangkanya diperintahkan jangan sampai mati kecuali dalam memeluk agama islam. Kalau menurut keterangan penjelasan di atas aku bikin statement nih “Kafir yang dosa-dosanya besar dan banyak namun bertaubat nasuha di jalan Allah jauh lebih mulia, dibandingkan dengan kafir yang pahala kebaikan besar namun tetap dalam kekafirannya” yah itu sih pendapat aku ya dari keterangan-keterangan di atas. Teman-teman mau setuju atau enggak yah gak apa-apa kok, namanya juga pendapat :)

Oh iya aku juga pernah dengar ceramah, katanya ada satu dosa yang paling besar di antara semua dosa. Apa itu? Dosa karena menyekutukan Allah dengan yang lain alias syirik. Dosa syirik bisa dari hal yang kecil kaya percaya sama ramalan bintang atau zodiak, sampai ke hal yang berat kaya percaya sama dukun. Apa buktinya syirik itu dosa besar?

Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ta’ala ‘anhu berkata: Aku pernah bertanya kepada Rasulullah , “Dosa apakah yang paling besar di sisi Allah?” Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Engkau menjadikan sekutu bagi Allah, padahal Dialah yang telah menciptakanmu.”  (HR Bukhori dan Muslim)

Yang jadi pertanyaannya apakah dosa terbesar ini “syirik” bisa diampuni Allah SWT? Ingat sekali lagi dan cek An-Nisaa ayat 16, yang berbunyi:

“Dan terhadap dua orang yang melakukan perbuatan keji di antara kamu, maka berilah hukuman kepada keduanya, kemudian jika keduanya bertaubat dan memperbaiki diri, maka biarkanlah mereka. Sesungguhnya Allah Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang (QS An-Nisaa: 16)

Allah Maha Pengampun dan Maha Penerima Taubat, jika kita benar bertaubatan nasuha dan berjanji tidak akan mengulanginya kembali dan benar-benar dibuktikan serta disertai dengan perbuatan baik. Insya Allah segala dosa kita akan diampuni bahkan dosa terberat sekali pun :)

Dan sedikit pesan dari aku untuk diri sendiri dan kamu, jangan sampai kita bertaubat saat nyawa sudah sampai tenggorokan ya kawan dan dosa-dosa yang tadi teman bayangin diawal, percaya deh selama kita bertaubat nasuha di jalan-Nya pasti bakalan diampuni. Karena Allah Maha Pengampun dan Maha Penerima Taubat. Salam ilmu :)
Created by: Habibullah (Hamba Allah Pencari Ilmu diatas Kebenaran-Nya)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar