Rabu, 08 Mei 2013

Rahasia Angka 7 Dalam Alquran

Misteri Di Balik Angka 7 Dalam Alquran
Misteri Di Balik Angka 7 Dalam Alquran
Bismillahirrahmaanirrahim.
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakaatuh
Subhanallah, wa MasyaAllah, betapa AlQuran ini, benar-benar memiliki mu’jizat yang tidak habis-habisnya. Benarlah firman Allah Ta’ala sebagaimana tercantum dalam surah Al Kahfi ayat 109. :”Katakanlah (Wahai Muhammad), seandainya lautan menjadi tinta(untuk menulis), kalimat Tuhanku, maka habislah lautan itu sebelum selesai(penulisan) kalimat-kalimat Tuhanku, meskipun Kami datangkan tambahan sebanyak itu juga”.

I’jaz A(AlQuran, dari sisi bahasa, sastra, maupun hukum syari’atnya, serta ayat kauniyyah, ataupun tanziliyyahnya, termasuk dalam I’jaz hitungan(Al Jabar, istilah moderennya, Matematikanya). Tanasuk, tanasub, keindahan, kesesuaian kalimat perkalimat, awal dengan akhir dan seterusnya, dan seterusnya…ila malaanihayaah(sampai tiada batasnya).
Kita mencoba hanya satu bahasan saja dulu. Angka 7 dalam AlQuran.
Secara undang-undang AlQuran dan UU alam, kita lihat, bahwa angka 7 ini memiliki keutamaan tersendiri.
Kita lihat UU alam, langit dan bumi memiliki 7 lapisan.(Lihat Q.S Athalaq 12, Al Mulk 3)
Kita disuruh haji dengan 7x thawaf, 7 x Sa’i, dan melempar jumrah, untuk mengusir syetan dengan 7x lemparan.

Coba sama-sama kita lihat, bagaimana hakikat dari keutamaan dari angka 7 ini dalam AlQuran.
  1. Angka 7 adalah angka yang pertama sekali disebutkan didalam AlQuran, yaitu didalam Q.S AlBaqarah 29= Tsummastawaa ilassamaai fasawwa hunna SAB’A samawaatin, wahuwa bikulla syain ‘aliim.
  2. Angka 7 adalah angka yang paling banyak diulang dalam AlQuran setelah angka 1 (ahad) tentunya., ini menunjukkan betapa pentingnya angka ini.
  3. Awal surah dalam AlQuran adalah surah Al Fatihah, dia adalah semulia-mulia surah dalam AlQuran, itu sebabnya surah Al Fatihah dinamakan dengan sab’ul matsaani(silahkan dilihat kembali penafsiran surah ini), sementara jumlah ayatnya ada 7 ayat.
  4. Jumlah bilangan huruf abjad dalam bahasa Arab yang diturunkan oleh Allah ta’ala dalam AlQuran ada 28 huruf. Jumlah 28 ini adalah perkalian dari angka 7, yakni 7×4=28.
  5. Jumlah dari pintu neraka ada 7 pintu, subhanallah, kalimat jahannam dalam AlQuran jumlahnya ada 77 x, dan jumlah 77 ini adalah perkalian dari 7, yakni 7×11=77.

Kita lihat rincian dari kelima hakikat diatas:
1) Angka 7 adalah angka yang disebutkan pertama sekali didalam AlQuran. (Silahkan dilihat Q.S AlBaqarah 29 dan lihat terakhir sekali disebutkan pada surah Annaba 12), lihatlah tanasuq sungguh luar biasa, bahwa jumlah bilangan surah dari Albaqarah-Annaba ada 77 surah. Kita tahu sebelumnya angka 77 ini adalah perkalian yang habis dibagi 7.
Sungguh keajaiban luar biasa juga, bahwa jumlah bilangan ayat dari ayat pertama sampai akhir ayat berjumlah 5649 ayat, dan ini juga perkalian 7, yakni 7×807, atau 5649:7.

2) Awal dan akhir surah.
Surah pertama adalah surah AlFatihah, kita tulis dengan angka 1.
Adapun nomor terakhir dari surah dalam AlQuran adalah surah Annaas, yakni surah ke 114.
Sekarang coba kita lihat dan gabungkan kedua angka tersebut menjadi 1141, adalah hasil dari perkalian angka 7 yakni 1141=7×163. Didalam kamus Allah Ta’ala, tidak ada yang dinamakan sudfah=kebetulan, semua yang dialam ini telah diciptakan oleh Allah Ta’ala penuh perhitungan dan ketelitian, yang luar biasa, tidak ada satu makhlukpun yang dapat menandingi ilmuNya Allah Ta’ala tersebut, dalam sisi apapun.
Ahli Matematika, ingin berbangga degan ilmunya, cobalah buat ketelitian dan kehebatan sebagaimana hitungan yang dibuat oleh Allah tersebut(ini baru satu yang kita lihat dari sisi Math, gimana dengan ilmu lainnya?).
Cobalah kita lihat, ilmu sastra/balaghah, sungguh, tak ada satu makhlukpun, yang bisa menandingi kesastraan AlQuran. Coba deh baca surah Annaas saja. Diakhiri ayatnya dengan huruf “S”(Qul ‘audzubirabbinnaaS, MalikinnaaS…ila akhirihi). Lihat lagi surah-surah yang lain, sungguh luar biasa, enak dibaca, mudah dihafalkan dan indah nian lagunya.
Sungguh, demi Allah Ta’ala saya benar-benar merasakan keindahan bahasa AlQuran itu, Itu sebabnya, tiada lagu dan tiada surat cinta yang paling senang saya membacanya, mendengarkannya, memperhatikannya dan terus menerus meneliti dan mencari keistimewaan kandungannya, selain surat cinta dari Allah ta’ala yakni AlQuran.

Bagaimana dengan hakikat keutamaan lainnya? InsyaAllah akan kita sambung.
(Untuk informasi saja, saya menuliskan ini, berasal dari beberapa buku tentang keutamaan angka 7 ini), dan dari sisi angka, saya sudah menguji anak saya menchecknya sendiri. Alhamdulillah mereka bertiga saya suruh berhitung tanpa pena/kertas, tapi pakai otak masing-masing, siapa yang lebih duluan dapat.
Ternyata dari ketiga anak saya, yang termuda lebih dahulu mendapatkan jumlah yang tepat. Alhamdulillah, wajar saya lihat anak ini pernah diutus oleh sekolahnya untuk lomba SILN(Sekolah Indonesia Luar Negeri).
Bersambung, insyaAllah Ta’ala.
Wassalamu’alaikum. Rahima. Cairo 7 April 2010

Keajaiban Mendengar Tumbuhan Bertasbih, Ilmuwan Barat Langsung Masuk Islam

keajaiban tumbuhan bertasbih kepada Allah
Pada sebuah penelitian ilmiah yang diberitakan oleh sebuah majalah sains terkenal, Journal of Plant Molecular Biologies, menyebutkan bahwa sekelompok ilmuwan yang mengadakan penelitian mendapatkan suara halus yang keluar dari sebagian tumbuhan yang tidak bisa didengar oleh telinga biasa. Suara tersebut berhasil disimpan dan direkam dengan sebuah alat perekam tercanggih yang pernah ada.

Para ilmuwan selama hampir 3 tahun meneliti fenomena yang mencengangkan ini berhasil menganalisis denyutan atau detak suara tersebut sehingga menjadi isyarat-isyarat yang bersifat cahaya elektrik (kahrudhoiyah ) dengan sebuah alat canggih yang bernama Oscilloscope. Akhirnya para ilmuwan tersebut bisa menyaksikan denyutan cahaya elektrik itu berulang lebih dari 1000 kali dalam satu detik!!!

Prof. William Brown yang memimpin para pakar sains untuk mengkaji fenomena tersebut mengisyaratkan setelah dicapainya hasil bahwasanya tidak ada penafsiran ilmiah atas fenomena tersebut. Padahal seperti diakui oleh sang profesor bahwa pihaknya telah menyerahkan hasil penelitian mereka kepada universitas-universitas serta pusat-pusat kajian di Amerika juga Eropa, akan tetapi semuanya tidak sanggup menafsirkan fenomena bahkan semuanya tercengng tidak tahu harus berkomentar apa.

Pada kesempatan terakhir, fenomena tersebut dihadapkan dan dikaji oleh para pakar dari Britania, dan di antara mereka ada seorang ilmuwan muslim yang berasal dari India. Setelah 5 hari mengadakan kajian dan penelitian ternyata para ilmuwan dari Inggris tersebut angkat tangan. Sang ilmuwan muslim tersebut mengatakan: “Kami umat Islam tahu tafsir dan makna dari fenomena ini, bahkan semenjak 1.400 tahun yang lalu!”

Maka para ilmuwan yang hadir pun tersentak dengan pernyataan tersebut, dan meminta dengan sangat untuk menunjukkan tafsir dan makna dari kejadian itu.

Sang ilmuwan muslim segera menyitir firman Allah Subhanahu wa Ta’ala :
وَإِنْ مِنْ شَيْءٍ إِلا يُسَبِّحُ بِحَمْدِهِ وَلَكِنْ لا تَفْقَهُونَ تَسْبِيحَهُمْ إِنَّهُ كَانَ حَلِيمًا غَفُورًا (٤٤)
“…Dan tak ada suatupun melainkan bertasbih dengan memuji-Nya, tetapi kamu sekalian tidak mengerti tasbih mereka. Sesungguhnya dia adalah Maha Penyantun lagi Maha Pengampun.” (QS. Al-Isra`: 44)


Tidaklah suara denyutan halus tersebut melainkan lafazh jalalah (nama Allah) sebagaimana tampak dalam layar.
Maka keheningan dan keheranan yang luar biasa menghiasi aula di mana ilmuwan muslim tersebut berbicara.
Subhanallah, Maha suci Allah! Ini adalah salah satu mukjizat dari sekian banyak mukjizat agama yang haq ini! Segala sesuatu bertasbih mengagungkan nama Allah. Akhirnya orang yang bertanggung jawab terhadap penelitian ini, yaitu profesor William Brown menemui sang ilmuwan muslim untuk mendiskusikan tentang agama yang di bawa oleh seorang Nabi yang ummi (tidak bisa baca tulis) sebelum 1.400 tahun lalu tentang fenomena ini. Maka ilmuwan tersebut pun menerangkan kepadanya tentang Islam, setelah itu ia memberikan hadiah al-Qur`an dan terjemahnya kepada sang profesor.

Selang beberapa hari setelah itu, profesor William mengadakan ceramah di Universitas Carnich – Miloun, ia mengatakan: “Dalam hidupku, aku belum pernah menemukan fenomena semacam ini selama 30 tahun menekuni pekerjaan ini, dan tidak ada seorang ilmuwan pun dari mereka yang melakukan pengkajian yang sanggup menafsirkan apa makna dari fenomena ini. Begitu pula tidak pernah ditemukan kejadian alam yang bisa menafsirinya. Akan tetapi satu-satunya tafsir yang bisa kita temukan adalah dalam al-Qur`an. Hal ini tidak memberikan pilihan lain buatku selain mengucapkan syahadatain: “Aku bersaksi bahwa tidak ada ilah yang haq melainkan Allah, dan bahwa Muhammad adalah hamba dan utusannya!”

Seorang profesor ini telah mengumumkan Islamnya di hadapan para hadirin yang sedang terperangah.
Allahu akbar! Kemuliaan hanyalah bagi Islam, ketika seorang ilmuwan sadar dari kelalaiannya, dan mengetahui bahwa agama yang haq ini adalah Islam!


MUKZIJAT ALLAH,99 ASMAUL HUSNA PADA TELAPAK TANGAN

image
  Tahukah sahabat,
garis utama kedua telapak tangan kita,
(lihat gambar), bertuliskan dalam
angka Arab yaitu : |/\ pada telapak
tangan kanan, artinya : 18 dan /\|
pada telapak tangan kiri, artinya : 81
Jika kedua angka ini dijumlahkan,
18+81 = 99
99 adalah jumlah nama/sifat Allah,
Asmaul Husna yang terdapat dalam
Al-Quran !
Bila 18 dan 81 ini dirangkaikan, maka
terbentuk angka 1881.Angka ini adalah
angka kelipatan 19 yang ke-99 !
( 19 x 99 = 1881 )
Seperti diketahui angka 19 adalah
fenomena tersendiri dalam Al-Quran,
yang merupakan bukti kemukjizatan
al-Quran.
- Tahukah anda, bahwa ruas-ruas
tulang jari (tapak tangan maupun
telapak kaki) anda, terkandung jejak-
jejak nama Allah, tuhan yang sebenar
pencipta alam semesta ini. Kalau
nggak percaya bisa didemonstrasikan.
Silakan perhatikan salah satu tapak
tangan anda (bisa kanan bisa kiri).
Perhatikan lagi dengan seksama:
jari kelingking ==> membentuk huruf
alif
jari manis, jari tengah, & jari telunjuk
==> membentuk huruf lam(double)
jari jempol (ibu jari) ==> membentuk
huruf ha’
Jadi jika digabung, maka bagi anda
yang mengerti huruf Arab akan
mendapati bentuk tapak tangan itu
bisa dibaca sebagai Allah (dalam
bahasa Arab).
Maka benarlah firman Allah SWT :
“Kami akan memperlihatkan kepada
mereka tanda-tanda Kami di segala
wilayah bumi dan pada diri mereka
sendiri, hingga jelas bagi mereka
bahwa Al-Quran itu adalah benar.
Tiadakah cukup bahwa sesungguhnya
Tuhanmu menjadi saksi atas segala
sesuatu?” QS. Fushshilat 41:53
KEAJAIBAN SIDIK JARI
Ilmu pengetahuan modern
menyingkap banyak hal yang
membuat keimanan
seorang mukmin terhadap keterangan
Al Qur-an semakin mantap. Ayat-ayat
Allah di dalam Al Qur-an menjadi
benar-benar jelas tergambar dan
terbukti kebenarannya manakala kita
melihat bukti-bukti nyata
dalam alam semesta dan kemajuan
ilmu pengetahuan. Dalam kasus
pembunuhan misalnya, Polisi dapat
mengidentifikasi kejahatan
berdasarkan sidik jari yang
ditinggalkan oleh pelaku di tubuh
korban. Hal ini disebabkan struktur
sidik jari setiap orang berbeda satu
dengan lainnya. Bila kelak penjahat itu
telah ditemukan maka untuk
membuktikan kejahatannya sidik
jarinya akan dicocokkan dengan
sidik jari yang ada dalam tubuh
korban.. Maka si penjahat tidak dapat
memungkiri perbuatannya di
hadapan polisi.
Karena itu pula seorang yang mau
menggunakan ATM (Anjungan tunai
Mandiri) di masa depan mungkin
tidak perlu lagi menggunakan kode-
kode PIN yang perlu dia ingat. Cukup
dengan menaruh telapak tangan di
atas mesin yang dapat
mengidentifikasi dirinya. Jumlah uang
yang
diinginkan pun tidak perlu ditekan-
tekan lagi tetapi cukup dengan
diucapkan dan komputer akan
menerjemahkannya dalam bahasa
angka. Berapa jumlah uang yang
Anda minta akan diberikan dan uang
di
rekening Anda akan dipotong dengan
sendirinya.
Pintu rumah di zaman yang akan
datang tidak perlu lagi dikunci dengan
alat kunci tradisional tetapi bisa
dibuka oleh alat sensor yang hanya
mengenal jari-jari orang tertentu
saja… Demikian juga stir mobil akan
mengenal hanya pengemudi tertentu
saja karena ada sensor yang
mengenal jari pemiliknya.
Keistimewaan pada jari jemari
manusia menunjukkan kebenaran
firman Allah yang menyatakan bahwa
segala sesuatu ada bekasnya. Allah
tidak akan menyia-nyiakan bekas-
bekas ini untuk dituntut di yaumil
akhir nanti.
Sesungguhnya Kami menghidupkan
orang-orang mati dan Kami
menuliskan apa yang telah mereka
kerjakan dan bekas-bekas yang
mereka tinggalkan. Dan segala sesuatu
Kami kumpulkan dalam Kitab Induk
yang nyata (Lauh Mahfuzh). (QS. 36.
Yaasin:12)….wallahua’lam bisshawab

BEBERAPA BUKTI KEOTENTIKAN AL QURAN (JAWABAN SINGKAT UNTUK PENCARI TUHAN: Revisi atau YANG TAK PERCAYA KEPADANYA)


TANTANGAN ALLAH subhanahu wa ta’aala

Al Quran adalah Kitab petunjuk kehidupan, sabda, firman dari Tuhan. Namun sebagian manusia tak mempercayainya. Maka setidaknya, untuk membuktikan kebenaran atau ketidakbenaran Al Quran, Alloh subhanahu wa ta’aala azza wa jalla tak segan menyindiri, menantang dengan jelas semua makhluk, untuk:

1. Menyusun yang semacam Al Quran  secara keseluruhan:

Al Quran Surat Ath Thuur ayat 34 (52:34): Maka hendaklah mereka mendatangkan kalimat yang semisal Al Quran itu jika mereka orang-orang yang benar

2. Menyusun sepuluh surat saja semacam Al Quran:

Al Quran Surat Huud ayat 13 (11:13):

Bahkan mereka mengatakan: "Muhammad telah membuat-buat Al Quran itu". Katakanlah: "(Kalau demikian), maka datangkanlah sepuluh surat-surat yang dibuat-buat yang menyamainya, dan panggillah orang-orang yang kamu sanggup (memanggilnya) selain Alloh, jika kamu memang orang-orang yang benar"

3. Menyusun satu surat saja semacam Al Quran:

Al Quran Surat Yunuus ayat 38 (10:38):

Atau (patutkah) mereka mengatakan "Muhammad membuat-buatnya." Katakanlah: "(Kalau benar yang kamu katakan itu), maka cobalah datangkan sebuah surat seumpamanya dan panggillah siapa-siapa yang dapat kamu panggil (untuk membuatnya) selain Alloh, jika kamu orang yang benar."

4. Menyusun sesuatu seperti atau lebih kurang sama dengan salah satu surat dari Al Quran:

Al Quran Surat Al Baqarah ayat 23 (2:23):

Dan jika kamu (tetap) dalam keraguan tentang Al Quran yang Kami wahyukan kepada hamba Kami (Muhammad), buatlah [*] satu surat (saja) yang semisal Al Quran itu dan ajaklah penolong-penolongmu selain Alloh, jika kamu orang-orang yang benar.

[*] Ayat ini merupakan tantangan bagi mereka yang meragukan tentang kebenaran Al Quran itu tidak dapat ditiru walaupun dengan mengerahkan semua ahli sastera dan bahasa karena ia merupakan mukjizat Nabi Muhammad sholollohu‘alaihi wasallam.

Di dalam Al Quran, sebagaimana berbagai ciptaan Alloh subhanahu wa ta’aala dalam khazanah pembagian yang Kauniyah (tersirat) dan yang Qauliyah (tersurat), maka sungguh terkandunglah berbagai rahasia, makna, aturan, ilmu-pengetahuan, perjanjian, hukum, bahkan insya Alloh kekuatan rahasia, dan sebagainya yang kiranya tak diketahui manusia; yang juga tersirat (dan bahkan tidak terlihat, ghaib, atau belumlah lagi atau tidaklah diketahui) maupun yang tersurat (yang dapat terlihat jelas).

Berbagai hal itu, bahkan baru dapat diungkapkan jauh berabad-abad setelah turunnya Al Quran , dan bahkan hingga kini, masih banyak hal yang belum dapat ditafsirkan oleh manusia dan jin dengan segala ilmu pengetahuan yang telah didapatkannya. Jelas diterangkan bahwa ada ayat-ayat yang mutasyabihaat (memerlukan penafsiran dan penjelasan lebih lanjut) dan muhkamaat (sudah jelas):

Al Quran Surat Aali Imraan ayat 7 (3:17):

Beliau-lah yang menurunkan Al kitab (Al Quran) kepada kamu. di antara (isi) nya ada ayat-ayat yangmuhkamaat [1], itulah pokok-pokok isi Al Quran  dan yang lain (ayat-ayat) mutasyaabihaat [2]. Adapun orang-orang yang dalam hatinya condong kepada kesesatan, maka mereka mengikuti sebahagian ayat-ayat yang mutasyaabihaat daripadanya untuk menimbulkan fitnah untuk mencari-cari ta'wilnya, padahal tidak ada yang mengetahui ta'wilnya melainkan Alloh. Dan orang-orang yang mendalam ilmunya berkata: "Kami beriman kepada ayat-ayat yang mutasyaabihaat, semuanya itu dari sisi Tuhan kami." Dan tidak dapat mengambil pelajaran (daripadanya) melainkan orang-orang yang berakal.

[1] Ayat yang muhkamaat ialah ayat-ayat yang terang dan tegas maksudnya, dapat dipahami dengan mudah.

[2] Termasuk dalam pengertian ayat-ayat mutasyaabihaat: ayat-ayat yang mengandung beberapa pengertian dan tidak dapat ditentukan arti mana yang dimaksud kecuali sesudah diselidiki secara mendalam atau ayat-ayat yang pengertiannya hanya Alloh yang mengetahui seperti ayat-ayat yang berhubungan dengan yang ghaib-ghaib misalnya ayat-ayat yang mengenai hari Kiamat, surga, neraka dan lain-lain.

Barangsiapa mengulas Al Quran tanpa ilmu pengetahuan maka bersiaplah menduduki neraka. (HR. Abu Dawud)

Abu Tsa'labah Al-khusyani Jurtsum bin Nasyir rodhiyallahu ‘anhu.. meriwayatkan dari Rosululloh sholollohu‘alaihi wasallam, beliau bersabda, "Sesungguhnya Alloh subhanahu wa ta’aala telahmenetapkan beberapa kewajiban, janganlah engkau menyepelekannya (meremehkannya), telah menentukan sanksi-sanksi hukum, janganlah engkau melanggar, telah pula mengharamkan beberapa hal, maka janganlah engkau jatuh kedalamnya. Beliau juga mendiamkan beberapa hal karena kasih sayangNya kepada kalian bukannya lupa, maka janganlah engkau mencari-carinya." (Hadits Hasan diriwayatkan oleh Ad-daruquthni, dll)

An-Nu'man bin Basyir berkata, "Saya mendengar Rosululloh sholollohu‘alaihi wasallam bersabda, 'Yang halal itu jelas dan yang haram itu jelas, dan di antara keduanya terdapat hal-hal musyabbihat(syubhat  atau  samar, tidak jelas halal-haramnya), yang tidak diketahui oleh kebanyakan manusia. Barangsiapa yang menjaga hal-hal musyabbihat, maka ia telah membersihkan kehormatan dan agamanya. Dan, barangsiapa yang terjerumus dalam syubhat, maka ia seperti penggembala di sekitar tanah larangan, hampir-hampir ia terjerumus ke dalamnya. Ketahuilah bahwa setiap raja mempunyai tanah larangan, dan ketahuilah sesungguhnya tanah larangan Alloh adalah hal-hal yang diharamkan-Nya. Ketahuilah bahwa di dalam tubuh ada sekerat daging. Apabila daging itu baik, maka seluruh tubuh itu baik; dan apabila sekerat daging itu rusak, maka seluruh tubuh itu pun rusak. Ketahuilah, dia itu adalah hati.'" (HR. Bukhori)

Adalah mungkin saja, seseorang atau bahkan segolongan Manusia dan Jin, membuat rangkaian syair berbahasa Arab, seindah yang dapat dibuatnya dan kemudian dikatakannya pula sebagai ayat kitab suci, bahkan dikatakannya adalah sebagai tandingan Al Quran.

Namun semua ini, tentulah adalah hanya kata-kata, bahkan kalaupun ada keindahan, hikmah, kebajikan, di dalamnya.

Apakah ia atau mereka dapat kiranya menjamin bahwa apa yang mereka buat itu, mengandung berbagai rahasia dunia-akhirat? Masa lalu dan masa depan? Dan lain-lain rahasia dan kekuatan?

Maka mengenai ini, bahkan kepada para makhlukNya ini, Alloh subhanahu wa ta’aala tetap menantangnya untuk membuat yang serupa, yang antara lain seperti jelas tertera di ayat-ayat tersebut di atas.

Marilah kita telaah lebih dalam.

Salah satu fenomena yang menarik, dalam berbagai penurunannya atau pewahyuan Al Quran, seringkali pula berbagai ayat atau surat dari Kitab Suci Al Quran  diturunkan atau diwahyukan secara’spontan’, secara ”sekonyong-konyong”, ”tiba-tiba” (yang dalam hal ini sesungguhnya adalah dalam ukuran manusia, namun tidaklah demikian bagi Alloh subhanahu wa ta’aala sebenarnya), misalnya untuk menjawab berbagai pertanyaan, berbagai serangan dari musuh-musuh Islam saat itu, atau untuk mengomentari berbagai peristiwa, dan sebagainya. Hal ini dapat ditelaah dengan jelas dalam berbagai kumpulan kisah azbabun nuzul (sebab turunnya ayat) berbagai ayat dan surat Al Quran, setidaknya saja.

Juga turunnya ayat langsung dalam menjawab doa-pertanyaan Rosululloh sholollohu‘alaihi wasallam dan sahabat Umar bin Khottob rodhiyallahu ‘anhu, akan keharaman minuman keras atau khamr (yang saat itu adalah kegemaran bangsa Arab, bahkan bangsa Arab yang telah menjadi muslim termasuk sahabat Rosululloh sholollohu‘alaihi wasallam, Umar bin Khoththob rodhiyallahu ‘anhu) dalam Al Quran Surat Al Baqarah ayat 219 (2:219) dan Al Quran Surat  An Nisaa’ ayat 42 (4:42) serta Al Quran Surat Al Maaidah ayat 90-91 (5:90-91).

Walaupun berbagai ayat ini turun dengan 'tiba-tiba', yang sungguh menakjubkan adalah bahwa setelah keseluruhan ayat Al Quran  selesai diturunkan dan kemudian dilakukan penelitian terhadap berbagai hal berkaitan dengan atau tentang Al Quran  ini, sungguh ditemukanlah sejumlah kenyataan yang menakjubkan, yang tak mungkin dipikirkan, dirancang, dilakukan, diutarakan, dibuat oleh seorang manusia (Rosululloh Muhammad bin ‘Abdullah bin Abdul Muthalib sholollohu‘alaihi wasallam) bahkan bila dibantu oleh masyarakatnya ataupun dilanjutkan bergenerasi sesudahnya yang sudah lebih maju pengetahuannya.

Misalnya, tentang adanya berbagai rahasia atau isyarat ilmu pengetahuan yang baru dapat dibuktikan berabad-abad kemudian, tentang kisah-kisah sejarah, tentang berita-berita ghaib (termasuk ramalan akan masa depan), tentang keseimbangan-keteraturan susunan redaksional Al Quran  atau keseimbangan-keteraturan susunan kata-katanya, dan sebagainya.

Semakin pula lebih menakjubkan, mendukung ini semua, bila disadari kenyataan bahwa Rosululloh Muhammad bin ‘Abdullah bin Abdul Muththalib sholollohu‘alaihi wasallam adalah seorang manusia yang ummiy atau tidak dapat membaca dan menulis (atau dalam bahasa Inggris: an illiterate person).

Dari siapakah kiranya Rosululloh sholollohu‘alaihi wasallam mendapatkan semuanya itu?

Tidakkah ini didapatkannya dari (dalam Bahasa Sekuler) sebuah ’Sumber Kecerdasan Yang Lebih Tinggi’?

Lebih mudahnya, kita sebut saja ’Sumber Kecerdasan Yang Lebih Tinggi’ itu sebagai, Tuhan?

Al Quran Surat An Nisaa’ ayat 82 (4:82):

Maka apakah mereka tidak memperhatikan Al Quran? Kalau kiranya Al Quran itu bukan dari sisi Alloh, tentulah mereka mendapat pertentangan yang banyak di dalamnya.

Al Quran Surat Al An’aam ayat 115 (6:115):

Telah sempurnalah kalimat Tuhanmu (Al Quran) sebagai kalimat yang benar dan adil. Tidak ada yang dapat merobah robah kalimat-kalimat-Nya dan Beliau lah yang Maha Mendenyar lagi Maha mengetahui.

Al Quran Surat Al Hijr ayat 9 (15:9):

Sesungguhnya Kamilah yang menurunkan Al Quran, dan sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya [*].

[*] Ayat ini memberikan jaminan tentang kesucian dan kemurnian Al Quran selama-lamanya.

Al Quran Surat Al Mulk ayat 3-4 (67:3-4)

(3). Yang telah menciptakan tujuh langit berlapis-lapis. kamu sekali-kali tidak melihat pada ciptaan Tuhan yang Maha Pemurah sesuatu yang tidak seimbang. Maka lihatlah berulang-ulang, adakah kamu Lihat sesuatu yang tidak seimbang?

(4) Kemudian pandanglah sekali lagi niscaya penglihatanmu akan kembali kepadamu dengan tidak menemukan sesuatu cacat dan penglihatanmu itupun dalam keadaan payah.


ASPEK PENDUKUNG KEOTENTIKAN AL QURAN

Dalam hal ini, ada banyak sekali aspek kuat yang mendukung keotentikan Al Quran  al Karim, dan berikut ini adalah sekelumit paparan bukti dari berbagai aspek itu, yaitu:

I aspek keseimbangan yang sangat serasi antara kata-kata yang digunakannya

Abdurrazaq Nafwal dalam buku atau kitab ”Al-I’jaz Al-Adabiy li Al Quran  Al Karim” yang terdiri dari 3 jilid (terlepas dari berbagai pendapat pro dan kontra atau skeptis tentang isinya dan kemungkinan ketidaksempurnaan manusia penulisnya) mengemukakan berbagai contoh tentang keseimbangan ini. Ringkasannya adalah:

1.       Keseimbangan antara jumlah bilangan kata dengan antonimnya (lawan katanya):
  • ”Al Hayah” (hidup) dan ”Al Mawt” (mati), masing-masing sebanyak 145 kali
  • ”Al Naf’” (manfaat) dan ”Al Madharrah” (mudarat), masing-masing sebanyak 50 kali
  • ”Al Har” (panas) dan ”Al Bard” (dingin) masing-masing sebanyak 4 kali
  • ”Al Shalihat” (kebajikan) dan ”Al Sayyi’at” (keburukan) masing-masing sebanyak 167 kali
  • ”Al Thuma’ninah” (kelapangan atau ketenangan) dan ”Al Dhiq” (kesempitan atau kekesalan) masing-masing sebanyak 13 kali
  • ”Al Rahbah” (cemas atau takut) dan ”Al Raghbah” (harap atau ingin) masing-masing sebanyak 8 kali
  • ”Al Kufr” (kekufuran) dan ”Al Iman” (iman) masing-masing sebanyak 17 kali dalam bentuk definite
  • ”Kufr” (kekufuran) dan ”Iman” (iman) masing-masing sebanyak 8 kali dalam bentuk indefinite
  • ”Al Shayf” (musim panas) dan ”Al Syita’” (musim dingin) masing-masing sebanyak 1 kali.

2.       Keseimbangan jumlah bilangan kata dengan sinonimnya atau kesamaan makna yang dikandungnya:
  • ”Al Harts” dan ”Al Zira’ah” (membajak atau bertani) masing-masing sebanyak 14 kali
  • ”Al ’Ushb” dan ”Al Dhurur” (membanggakan diri atau angkuh) masing-masing sebanyak 27 kali
  • ”Al Dhallun” dan ”Al Mawta” (orang sesat atau mati jiwanya) masing-masing sebanyak 17 kali
  • ”Al Quran ”, ”Al Wahyu”, dan ”Al Islam” (Al Quran , wahyu, dan Islam) masing-masing sebanyak 70 kali
  • ”Al ’Aql” dan ”Al Nur” (akal dan cahaya) masing-masing sebanyak 49 kali
  • ”Al Jahr” dan ”Al ’Alaniyah” (nyata) masing-masing sebanyak 16 kali

3.       Keseimbangan antara jumlah bilangan kata dengan jumlah kata yang menunjuk kepada akibatnya:
  • ”Al Infaq” (infak) dan ”Al Ridha” (kerelaan) masing-masing sebanyak 73 kali
  • ”Al Bukhl” (kekikiran) dan ”Al Hasarah” (penyesalan) masing-masing sebanyak 12 kali
  • ”Al Kafiruun” (orang-orang kafir) dan ”Al Naar atau Al Ahraq” (neraka atau pembakaran) masing-masing sebanyak 154 kali
  • ”Al Zakah” (zakat atau penyucian) dan ”Al Barakat” (kebajikan yang banyak) masing-masing sebanyak 32 kali
  • ”Al Fahisyah” (kekejian) dengan ”Al Ghadhb” (murka) masing-masing sebanyak 26 kali

4.       Keseimbangan antara jumlah bilangan kata dengan kata penyebabnya:
  • ”Al Israf” (pemborosan) dan ”Al Sur’ah” (ketergesa-gesaan) masing-masing sebanyak 23 kali
  • ”Al Maw’izhah” (nasihat atau petuah) dan ”Al Lisan” (lidah) masing-masing sebanyak 25 kali
  • ”Al Asra” (tawanan) dan ”Al Harb” (perang) masing-masing sebanyak 6 kali
  • ”Al Salam” (kedamaian) dan ”Al Thayyibat” (kebajikan) masing-masing sebanyak 60 kali

5.       Berbagai keseimbangan khusus:
  • Kata ”Yawm” (hari) dalam bentuk tunggal, adalah sejumlah 365 kali (atau adalah sama dengan jumlah hari-hari dalam satu tahun) di dalam Al Quran .
  • Sedangkan kata ”hari” yang menunjuk kepada betuk plural (”Ayyam”) atau dua (”Yawmayni”), jumlah keseluruhannya dalam Al Quran  adalah hanyalah 30 kali penyebutan, atau dalam hal ini adalah juga sama dengan jumlah hari dalam satu Bulan dengan mengikuti kaidah Kalender Qamariyah atau penanggalan sistem Bulan, sistem Islam atau Arab.
  • Lalu, kata yang berarti ”Bulan” (”Syahr”) hanya terdapat 12 kali, atau sama dengan jumlah bilangan Bulan dalam satu tahun (12 Bulan) rotasi.
  • Ada 7 kali penjelasan tentang adanya 7 langit, yaitu antara lain dalam Al Quran Surat (Qur’an Surat) Al Baqarah ayat 29, Al Quran Surat Al Isra’ ayat 44, Al Quran Surat Al Mu’minuun ayat 86, Al Quran Surat Al Fushshilat ayat 12, Al Quran Surat At Thalaq ayat 12, Al Quran Surat Al Mulk ayat 3, Al Quran Surat Nuh ayat 15.
  • Selain itu, penjelasan tentang penciptaan langit dan bumi dalam enam (6) hari atau masa atau tahapan, disebutkan di dalam 7 ayat pula (dan tahapan terbentuknya sebuah galaksi-planet dalam enam (6) tahapan yang memakan waktu ratusan bahkan ribuan tahun ini, telah pula dibuktikan oleh ilmu-pengetahuan saat ini, bahwa memanglah secara umum pembentukan Galaksi adalah dalam enam (6) tahapan, bahkan saat inipun masih terbentuk Galaksi-galaksi baru, yang masing-masing dalam (melalui) enam (6) tahapan, dalam ruang angkasa yang bahkan memuai atau meluas ini.
  • Sebagai catatan, angka 7 sendiri banyak sekali ditemukan di alam semesta, di Al Quran  & di Hadits Nabi Muhammad bin ‘Abdullah sholollohu‘alaihi wasallam. Bahkan pengulangan dari angka ini dalam Al Quran  juga memunculkan sebuah sistem yang koheren. Beberapa fenomena angka 7 tersebut adalah, antara lain:
  • Merupakan jumlah dari tingkatan langit & bumi (Al Quran Surat 65:12).
  • Atom tersusun dari 7 tingkatan elektron.
    • Jumlah hari dalam satu minggu.
    • Jenis atau jumlah tanda (not dasar) musik.
    • Jenis atau jumlah warna-warni pelangi.
    • Jenis dosa besar (HR Al-Bukhori & Muslim).
    • Tanda bagi siksaan pada Hari Kiamat.
    • Jumlah ayat dalam Surah Al Fatihah ("Tujuh ayat yang diulang-ulang").
    • Muslim bersujud dengan menggunakan 7 anggota badan dalam Shalat.
    • Muslim melakukan Thawaf sebanyak 7 kali dalam ritual Haji.
    • Muslim melakukan Sa'i antara Shafa & Marwah sebanyak 7 kali dalam ritual Haji.
    • Melempar jumrah sebanyak 7 kali dalam ritual Haji.
    • Dalam kisah Nabi Yusuf (Josef) ‘alaihis salaam banyak menyebut angka 7 (Al Quran Surat 12: 46-48).
    • Kisah siksaan kaum Nabi Hud (Hood) ‘alaihis salaam ditimpa angin topan selama 7 malam (Al Quran Surat 69:6-7).
    • Kisah Nabi Musa (Moses) ‘alaihis salaam memilih 70 orang dari kaumnya untuk bertobat (Al Quran Surat:17;155).
    • Kata Kiamat disebut dalam Al Quran  sebanyak 70 kali.
    • Kata "Jahannam" (Neraka) disebut dalam Al Quran  sebanyak 77 kali.
    • Jumlah pintu-pintu "Jahanam" adalah 7 (Al Quran Surat 15:44).
    • Terdapat 7 surah yang diawali dengan kalimat tasbih.

Sebagai catatan pula, angka ”tujuh” (7) dalam budaya Arab Kuno juga dapat berarti ”banyak”, karena khazanah berpikir dan kebiasaan orang Arab lama atau kuno (misalnya, orang-orang Arab di masa-masa itu saat diturunkannya Al Quran) yang menghitung jumlah tujuh (7) atau selebihnya, sebagai angka perlambang yang menunjukkan jumlah banyak atau bahkan tak terhitung (tak dapat dihitung) lagi (oleh mereka).

Maka, sejumlah mufassir atau penafsir Al Quran dan atau atau ahli ilmu pengetahuan pun berspekulasi tentang telah disebutkannya tentang berbagai kenyataan akan adanya tak terhitung planet dan galaksi di luar bumi dalam Al Quran, dan bahkan kemungkinan adanya makhluk-makluk lain di alam semesta di luar Bumi dan sistem Solar (matahari) kita ini.

Selain ini, berkaitan dengan dunia angka dan huruf (atau kata), juga ditemui beragam distribusi Matematika di Al Quran, khususnya mengenai bilangan-bilangan prima dan beragam hubungan luasnya, dan banyak sekali misteri dan fenomena angka juga kata di Al Quran  lainnya, di balik susunan, makna,dan kemungkinan-kemungkinannya dan tata bahasa Arab sendiri (dan Bahasa Sastra Arab yang digunakan di Al Quran ) yang memang sudah luar-biasa itu.


II Aspek bukti dari berbagai isyarat maupun pemberitaan ghaibnya

Ada banyak sekali, namun dalam kesempata yang singkat ini, dipilihkan satu saja yang cukup fenomenal. Misalnya adalah tentang berita tentang Fir’aun dan Nabi Musa ‘alaihis salaam, dan ditemukannya jenazah Fir'aun ini. Disebutkanlah di Al Quran  bahwa Fir’aun yang mengejar-mengejar Nabi Musa ‘alaihis salaam dan Bani Israil dalam perjalanan eksodus mereka keluar dari penindasan kerja-paksa Mesir berabad-abad, akan diselamatkan tubuhnya oleh Alloh subhanahu wa ta’aala, dan akan menjadi pelajaran bagi berbagai generasi berikutnya:

Al Quran Surat Yunuus ayat 92 (10:92): Maka pada hari ini Kami selamatkan badanmu [*] supaya kamu dapat menjadi pelajaran bagi orang-orang yang datang sesudahmu dan sesungguhnya kebanyakan dari manusia lengah dari tanda-tanda kekuasaan kami.

[*] Yang diselamatkan Alloh ialah tubuh kasarnya, menurut sejarah, setelah Fir'aun itu tenggelam mayatnya terdampar di pantai diketemukan oleh orang-orang Mesir lalu dibalsem menjadi Mumi, sehingga utuh sampai sekarang dan dapat dilihat di Museum Mesir.

Maka, menurut berbagai kesesuaian sejarah, Raja Mesir atau Fir’aun yang dimaksud di sini adalah Fir’aun Maniptah(Maneptah atau Merneptah), anak dari Fir’aun Ramses II (Fir’aun yang mengangkat Nabi Musa ‘alaihis salaam sebagai anaknya dan juga menyiksa kaum Bani Israil), dan muminya ditemukan oleh Loret pada sekitar awal abad XIX (tahun 1896) di Thebes atau Luxor, Lembah Kuburan Raja-raja Mesir (Wadi al Muluk).

Setidaknya dua ahli telah meneliti muminya, yaitu Elliot Smith dan DR. Maurice Bucaille (yang disebut terakhir ini kemudian menyatakan diri masuk Islam pada akhir penelitiannya, dan menulis sebuah buku yang cukup menggemparkan, berjudul ”Bibel, Quran & Sains Modern", dan telah diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia pula), dan penelitian keduanya beserta keterangan dari Maspero (seorang Perancis ahli ilmu Sejarah Mesir) sungguh menguatkan hal ini.

Injil sendiri, di bagian Keluaran pasal 13, 14, 28 dan di Nyanyian (Psalm) 136 dari Daud, menguatkan pula bahwa Fir’aun tersebut disebutkan mati tenggelam dalam pengejarannya kepada kaum Bani Israil yang sedang melakukan eksodus dari Mesir ke ‘Tanah Yang Dijanjikan’. Bahkan di Mazmur Daud no 136 dalam ayat 15 dari orang Yahudi, jelas menyebutkan pujian kepada "Tuhan yang telah membinasakan Fir’aun dan tentaranya dalam laut yang penuh dengan tumbuh-tumbuhan", sebagaimana kesesuaiannya pula dengan Kitab Keluaran (14, 28):

"Air kembali pasang dan menenggelamkan kereta-kereta serta para penunggang kuda dari tentara Fir’aun yang telah masuk ke laut di belakang mereka (kelompok Yahudi). Tak ada seorang pun yang tetap hidup".

Namun perihal diselamatkannya jasad Fir’aun itu, tidak disebutkan di Injil, hanya disebutkan di Al Quran. Hanya di Al Quran jelas dinyatakan bahwa jenazah Fir’aun yang mengejar Nabi Musa ’alaihis salaam itu akan ditemukan manusia dan menjadi pelajaran besar.

Janji Alloh ini, serta diketemukannya jasad Fir'aun itu, dikuatkan oleh ilmu-pengetahuan modern. Dan sekarang, jenazah Fir’aun Maneptah akhirnya disimpan di Museum Mesir di Kairo di ruang Muminya, serta dapat dilihat oleh siapapun.


III. Aspek adanya berita-berita atau isyarat-isyarat ilmiah dari Al Quran

Ada banyak sekali contoh tentang ini. Berikut adalah beberapa di antaranya, misalnya bahwa:

Segalanya yang hidup diciptakan dari air:

Pada waktu ayat ini diturunkan, tidak ada yang berpikir kalau segala yang hidup itu tercipta dari air. Sekarang, tidak ada seorang pakar pun yang membantah bahwa segala yang hidup itu tercipta dari air, yang adalah materi pokok bagi kehidupan setiap makhluk hidup.

Sementara itu, urut-urutan penciptaan benda langit menurut Injil adalah bahwa Bumi diciptakan terlebih dulu (Kejadian 1:1), kemudian tetumbuhan (Kejadian 1:11-12), baru kemudian Matahari (Kejadian 1:14-16). Yang menarik di sini kiranya, jika menurut logika Injil, adalah bagaimana mungkin tetumbuhan dapat hidup tanpa berfotosinteis di saat itu, karena Matahari sebagai sumber energi untuk berfotosintesi diciptakan belakangan setelah tetumbuhan?

Al Quran Surat Al Anbiyaa ayat 30 (21:30):

Dan apakah orang-orang yang kafir tidak mengetahui bahwasanya langit dan bumi itu keduanya dahulu adalah suatu yang padu, kemudian Kami pisahkan antara keduanya. Dan dari air Kami jadikan segala sesuatu yang hidup. Maka mengapakah mereka tiada juga beriman?

Adanya aturan berpasang-pasangan atas segala sesuatu  

Al Quran  yang berulang-ulang menyebut  adanya  pasangan  dalam alam  tumbuh-tumbuhan,  juga  menyebut adanya pasangan dalam rangka yang lebih umum, dan dengan  batas-batas  yang  tidak ditentukan. Yang menarik pula, ayat ini dinyatakan di sebuah ayat dengan penomoran yang juga berpasangan (Quran Surat 36 ayat 36). Perhatikanlah bahwa bahkan Nomor Surat (36) dan Ayatnya pun (36), sama, seakan berpasangan. Entah apa artinya, wallahu a’lam bis shawab:

Al Quran Surat Yaa Siin ayat 36 (36:36):

Maha Suci Tuhan yang telah menciptakan pasangan-pasangan semuanya baik dari apa yang ditumbuhkan oleh bumi dan dari diri mereka maupun dari apa-apa yang mereka tidak ketahui.

Kita dapat mengadakan hipotesa  sebanyak-banyaknya  mengenai arti  hal-hal  yang manusia tidak mengetahui pada zaman Nabi Muhammad sholollohu‘alaihi wasallam. Apalagi Rosululloh Muhammad bin ‘Abdullah sholollohu‘alaihi wasallam, adalah sesorang yang buta huruf (ummy) dan tak mungkin telah mempelajari ilmu Astronomi.

Hal-hal yang manusia tidak mengetahui itu termasuk di  dalamnya susunan atau fungsi yang berpasangan baik dalam benda yang paling kecil atau benda yang paling  besar,  baik dalam benda mati atau dalam benda hidup. Yang penting adalah untuk mengingat pemikiran yang  dijelaskan  dalam  ayat  itu secara  gamblang  dan  untuk  mengetahui  bahwa  kita  tidak menemukan pertentangan dengan Sains masa ini.

Meskipun gagasan tentang "pasangan" umumnya bermakna laki-laki dan perempuan, atau jantan dan betina, ungkapan "maupun dari apa yang tidak mereka ketahui" dalam ayat di atas memiliki cakupan yang lebih luas. Kini, cakupan makna lain dari ayat tersebut telah terungkap. Ilmuwan Inggris, Paul Dirac, yang menyatakan bahwa materi diciptakan secara berpasangan, dianugerahi Hadiah Nobel di bidang Fisika pada tahun 1933.

Penemuan ini, yang disebut "parité", menyatakan bahwa materi berpasangan dengan lawan jenisnya: anti-materi. Anti-materi memiliki sifat-sifat yang berlawanan dengan materi. Misalnya, berbeda dengan materi, elektron anti-materi bermuatan positif, dan protonnya bermuatan negatif.

Fakta ini dinyatakan dalam sebuah sumber ilmiah sebagai berikut: "...setiap partikel memiliki anti-partikel dengan muatan yang berlawanan ... dan hubungan ketidakpastian mengatakan kepada kita bahwa penciptaan berpasangan dan pemusnahan berpasangan terjadi di dalam vakum di setiap saat, di setiap tempat."

Alam semesta ini mengembang (memuai, meluas)

Di dalam Al Quran yang diturunkan 14 abad silam di saat ilmu astronomi masih terbelakang, mengembangnya alam semesta digambarkan sebagaimana di ayat berikut ini:

Al Quran Surat Adz Dzaariyat ayat 47 (51:47):

Dan langit itu Kami bangun dengan kekuasaan (Kami) dan sesungguhnya Kami benar-benar meluaskannya 

Kata "langit", sebagaimana dinyatakan dalam ayat ini, digunakan di banyak tempat dalam Al Quran  dengan makna luar angkasa dan alam semesta. Di sini sekali lagi, kata tersebut digunakan dengan arti ini. Dengan kata lain, dalam Al Quran  dikatakan bahwa alam semesta "mengalami perluasan atau mengembang". Dan inilah yang kesimpulan yang dicapai ilmu pengetahuan masa kini.

Hingga awal abad XX Masehi, satu-satunya pandangan yang umumnya diyakini di dunia ilmu pengetahuan adalah bahwa alam semesta bersifat tetap dan telah ada sejak dahulu kala tanpa permulaan. Namun, penelitian, pengamatan, dan perhitungan yang dilakukan dengan teknologi modern, mengungkapkan bahwa alam semesta sesungguhnya memiliki permulaan, dan ia terus-menerus "mengembang".

Pada awal abad XX Masehi, ilmuwan Albert Einstein mengatakan bahwa alam semesta ini tidak berawal dan tidak berakhir dan sudah ada sejak dulu, dan ini dikemukakannya pada tahun 1917.

Ketika mengamati langit dengan teleskop, di tahun 1927, Erwin Hubble - seorang astronom Amerika - menemukan bahwa bintang-bintang dan galaksi terus bergerak saling menjauhi. Sebuah alam semesta, di mana segala sesuatunya terus bergerak menjauhi satu sama lain, berarti bahwa alam semesta tersebut terus-menerus "mengembang". Pengamatan yang dilakukan di tahun-tahun berikutnya memperkokoh fakta bahwa alam semesta terus mengembang.

Lalu Fisikawan Rusia, Alexander Friedmann, dan ahli Kosmologi Belgia, George Lemaitre, secara teoritis menghitung dan menemukan bahwa alam semesta senantiasa bergerak dan mengembang.  Fakta ini dibuktikan juga dengan menggunakan data pengamatan pada tahun 1929. Dan Einstein pun merevisi pendapatnya.

Ilmuwan Penzias dan Wilson kemudian membuat Teori Big Bang bahwa sesungguhnya langit dan bumi dulu menyatu, bahkan hanya sebesar kira-kira bola tenis, dan kemudian terjadi ledakan besar dan menjadi terpisah, menyebar ke seluruh alam semesa, termasuk menjadi aneka planet, matahari, komet, Galaksi, Nebula, dan lain-lain. Dan terciptalah kemudian air, yang menjadi dasar kehidupan. Dan ini memakan waktu milyaran tahun, termasuk penciptaan Bumi dan tata surya Bima Sakti (Milky Way) tempat kita sendiri ini.

Kenyataan ini diterangkan dalam Al Quran  pada saat tak seorang pun mengetahuinya. Apalagi Rosululloh Muhammad bin ‘Abdullah sholollohu‘alaihi wasallam, adalah sesorang yang buta huruf (ummy) dan tak mungkin telah mempelajari ilmu Astronomi. Ini dikarenakan Al Quran  adalah firman Alloh, Sang Pencipta, dan Pengatur keseluruhan alam semesta.

Sebagai catatan, dalam ayat ini ada kata dasar ”muhsiana”, yang bermakna ”pengembangan” atau ”berkembang”. Secara tradisional, para mufassir memilih kalimat ”Kami benar-benar berkuasa” daripada alternatif ”Kami benar-benar mengembangkannya”, yang menggambarkan ruang angkasa yang memuai. Kesalahan atau ketidakuratan penafsiran ini, adalah sama seperti penafsiran kata ”Al ’Alaq” dalam berbagai ayat Al Quran , yang secara tradisional diartikan sebagai ”segumpal darah” daripada ”sesuatu yang melekat”. Pembahasan lebih dalam mengenai ketidakakuratan ini, ada di bagian lain dari tulisan ini.  

Matahari adalah (sumber) cahaya (diya’) dan Bulan adalah sebagai pelita (nuur)

Al Quran Surat Nuh ayat 15-16 (71:15-16):

(15) Tidakkah kamu perhatikan bagaimana Alloh telah menciptakan tujuh langit bertingkat-tingkat?

(16) Dan Alloh menciptakan padanya Bulan sebagai cahaya dan menjadikan Matahari sebagai pelita?

Dengan ilmu pengetahuan, kini kita mengetahui bahwa Matahari adalah sumber energi yang memancarkan cahaya dan Bulan hanyalah memantulkan cahaya yang diterimanya dari Matahari itu. Dulu, manusia dengan tingkat pengetahuan sederhana pada jaman Rosululloh sholollohu‘alaihi wasallam, dapat dengan mudah menerima kalimat-kalimat sederhana dan masuk akal ini (perbandingan sederhana antara Matahari sebagai pelita dan Bulan sebagai cahaya itu).

Namun kalimat-kalimat sederhana inipun ternyata dapat berarti dalam, serta dapat diterima oleh bahkan para ahli ilmu-pengetahuan bahkan di luar komunitas Rosululloh sholollohu‘alaihi wasallam, dan yang hidup berabad-abad kemudian, yang sangat senang mengunakan ilmu-pengetahuan sains modern atau pos-modern untuk memahami segala sesuatu. Ini memuaskan semua kalangan pencari kebenaran. Dan ini adalah salah satu hikmah dari Al Quran.

Benda langit bergerak dalam jalurnya (garis edarnya) masing-masing

Tatkala merujuk kepada matahari dan bulan di dalam Al Quran, ditegaskan bahwa masing-masing bergerak dalam orbit atau garis edar tertentu, bahkan keseluruhan alam semesta yang dipenuhi oleh lintasan dan garis edar seperti ini, dinyatakan dalam Al Quran sebagai berikut:  

Al Quran Surat Al Anbiyaa ayat 33 (21:33):

Dan Dialah yang telah menciptakan malam dan siang, matahari dan bulan. Masing-masing dari keduanya itu beredar di dalam garis edarnya.

Juga Al Quran Surat Yaa Siin ayat 38 (36:38), Surat Ar Rahmaan ayat 5 (55:5), Surat Adz Dzaariyaat ayat 7 (51 :7).

Kata ”Yasbahuun” dalam ayat Al Quran Surat Al Anbiyaa ayat 33 ini, berasal dari kata ”sabaha” yang makna kata secara tradisionalnya adalah ”gerakan dari sesuatu yang bergerak”, yang dalam hal ini, dalam kaitannya dalam kaidah ilmu ruang angkasa ini, adalah tentang penggambaran pergerakan atau rotasi dirinya (planet Bulan dan Matahari itu) dalam aksisnya sendiri.

Sebagai informasi-informasi tambahan dari disiplin ilmu Astronomi dan Sejarah serta Kekristenan, saat ini manusia sudah jamak mengetahui bahwa Matahari membutuhkan 25 hari untuk menuntaskan rotasinya dan Bumi mengelilingi Matahari. Namun baru pada tahun 1512 Masehi, Nicolaus Copernicus mengemukakan Teori Heliosentrisnya tentang letak Matahari yang dikelilingi planet yang bergerak dalam jalurnya masing-masing.

Ini juga didukung penelitian Galileo Galillei, dan saat itu pengumuman temuan ini ditentang habis-habisan oleh Gereja, juga menjadikan Copernicus dikucilkan, bahkan sebagian kalangan menyebutkan bahwa ia dikafirkan mereka.

Barulah pada abad-abad modern ini, sekitar 500 tahun kemudian, Vatikan kemudian bersedia mengakui kebenaran teori Copernicus dan kesalahan klaim Gereja berdasarkan Injil itu, yang memaknakan bahwa Mataharilah yang bergerak mengelilingi Bumi (antara lain di Joshua 10:12-13), bukan sebaliknya, yang jelas sangat bertentangan dengan ilmu-pengetahuan.

Fakta-fakta yang disampaikan dalam Al Quran ini telah ditemukan melalui pengamatan astronomis di zaman kita. Menurut perhitungan para ahli astronomi, matahari bergerak dengan kecepatan luar biasa yang mencapai 720 ribu km per jam ke arah bintang Vega dalam sebuah garis edar yang disebut Solar Apex. Ini berarti matahari bergerak sejauh kurang lebih 17.280.000 kilometer dalam sehari. Bersama matahari, semua planet dan satelit dalam sistem gravitasi matahari juga berjalan menempuh jarak ini. Selanjutnya, semua bintang di alam semesta berada dalam suatu gerakan serupa yang terencana.

Menurut para Ahli Astronomi-Fisika, terdapat sekitar 200 milyar galaksi di alam semesta yang masing-masing terdiri dari hampir 200 bintang. Sebagian besar bintang-bintang ini mempunyai planet, dan sebagian besar planet-planet ini mempunyai bulan. Semua benda langit tersebut bergerak dalam garis peredaran yang diperhitungkan dengan sangat teliti. Selama jutaan tahun, masing-masing seolah "berenang" sepanjang garis edarnya dalam keserasian dan keteraturan yang sempurna bersama dengan yang lain. Selain itu, sejumlah komet juga bergerak bersama sepanjang garis edar yang ditetapkan baginya.

Dan garis edar ini tidak hanya dimiliki oleh benda-benda angkasa, galaksi-galaksi pun berjalan pada kecepatan luar biasa dalam suatu garis peredaran yang terhitung dan terencana. Selama pergerakan ini, tak satupun dari benda-benda angkasa ini memotong lintasan yang lain, atau bertabrakan dengan lainnya. Bahkan, telah teramati bahwa sejumlah galaksi berpapasan satu sama lain tanpa satu pun dari bagian-bagiannya saling bersentuhan. 

Sebagai pendukung materi pembahasannya, berikut adalah sebuah kutipan dari Injil versi internasional (King James Version) dan komentar tentang kesalahannnya yang dikutip dari sebuah situs tentangnya, yang bernama ”The Dark Bible” (dengan alamat http: atau  atau www.nobeliefs.com atau darkbible atau darkbible atau ), sebuah situs yang mengupas tentang berbagai kesalahan dan ketidakmasukakalan Injil. Pembuat situs ini adalah Jim Walker, orang Barat yang Atheis (tidak mempercayai adanya Tuhan) yang dulunya beragama Kristen.

Heliocentric Vs Geocentric? The Sun Stands Still: "Then spake Joshua to the LORD in the day when the LORD delivered up the Amorites before the children of Israel, and he said in the sight of Israel, Sun, stand thou still upon Gibeon; and thou, Moon, in the valley of Ajalon. And the sun stood still, and the moon stayed, until the people had avenged themselves upon their enemies. Is not this written in the book of Jasher? So the sun stood still in the midst of heaven, and hasted not to go down about a whole day." (Joshua 10:12-13) Comment: These verses imply that the sun moves around the earth. If the Bible actually represents the words or inspired words of God, then why didn't the Great Creator inspire them to tell the truth about the universe and our solar system? Also, the Bible asks us to believe that a supposedly loving God made the sun stand still for the sole purpose of helping the Israelites slaughter the Amorites. How can one not see that these verses would insult the intelligence of any person who believes God possess wisdom, knowledge and love?

Maka, beberapa hal dalam Injil ini, sangat bertentangan dengan ilmu-pengetahuan, dan dengan Akal.

Dapat dipastikan bahwa pada saat Al Quran  diturunkan, manusia tidak memiliki teleskop masa kini ataupun teknologi canggih untuk mengamati ruang angkasa berjarak jutaan kilometer, tidak pula pengetahuan fisika ataupun astronomi modern. Karenanya, saat itu tidaklah mungkin untuk mengatakan secara ilmiah bahwa ruang angkasa "dipenuhi lintasan dan garis edar" sebagaimana dinyatakan dalam ayat tersebut.

Apalagi Rosululloh Muhammad bin ‘Abdullah sholollohu‘alaihi wasallam, adalah sesorang yang buta huruf (ummy) dan tak mungkin telah mempelajari ilmu Astronomi.

Akan tetapi, hal ini dinyatakan secara terbuka kepada kita dalam Al Quran  yang diturunkan pada saat itu, dab benar, karena Al Quran  adalah firman Tuhan, Alloh.  

Adanya lautan yang tidak bercampur satu sama lain

Salah satu di antara sekian sifat lautan yang baru-baru ini ditemukan adalah berkaitan dengan ayat Al Quran sebagai berikut:

Al Quran Surat Ar Rahman ayat 19-20 dan 22 (55:19-20, 22):

Beliau membiarkan dua lautan mengalir yang keduanya kemudian bertemu, antara keduanya ada batas yang tak dapat dilampaui oleh masing-masing ... Dari keduanya keluar mutiara dan marjan.  

Sifat lautan yang saling bertemu, akan tetapi tidak bercampur satu sama lain ini telah ditemukan oleh para ahli kelautan baru-baru ini. Dikarenakan gaya fisika yang dinamakan "tegangan permukaan", air dari laut-laut yang saling bersebelahan tidak menyatu. Akibat adanya perbedaan masa jenis, tegangan permukaan mencegah lautan dari bercampur satu sama lain, seolah terdapat dinding tipis yang memisahkan mereka. (Davis, Richard A., Jr. 1972, Principles of Oceanography, Don Mills, Ontario, Addison-Wesley Publishing, s. 92-93). Dari keduanya, dapat digali berbagai kekayaan alam khususnya mutiara dan marjan.

Sisi menarik dari hal ini adalah bahwa pada masa ketika manusia tidak memiliki pengetahuan apapun mengenai fisika, tegangan permukaan, ataupun ilmu kelautan, hal ini dinyatakan dalam Al Quran. Suatu fenomena lain yang sering kita dapatkan adalah bahwa air lautan yang asin, dengan air sungai-sungai besar yang tawar tidak bercampur seketika.

Orang  dapat mengira   bahwa  Al Quran membicarakan  sungai Euphrat dan Tigris yang setelah bertemu dalam muara, kedua sungai itu membentuk semacam lautan  yang panjangnya  lebih  dari 150 km, dan dinamakan Syath al Arab.

Di dalam teluk, pengaruh pasang-urutnya air menimbulkan suatu fenomena yang bermanfaat, yaitu masuknya air tawar ke dalam tanah sehingga menjamin irigasi yang memuaskan.  Untuk memahami  teks  ayat ini,  kita  harus ingat bahwa lautan adalah terjemahan kata bahasa Arab "Bahr" yang  berarti  sekelompok air  yang  besar,  sehingga  kata  itu  dapat  dipakai untuk menunjukkan lautan atau sungai yang besar seperti Sungai Nil, Tigris dan Euphrat.

Dan ayat yang memuat fenomena tersebut adalah sebagai berikut:

Al Quran Surat Al Furqan ayat 53 (25:53):

Dan Dialah yang membiarkan dua laut mengalir (berdampingan); yang ini tawar lagi segar dan yang lain asin lagi pahit, Beliau jadikan antara keduanya dinding dan batas yang menghalangi.

Juga Al Quran Surat Faathir ayat 12 (35:12).


Selain menunjukkan  fakta  yang  pokok,  ayat-ayat  tersebut menyebutkan  kekayaan-kekayaan  yang  dikeluarkan  dari  air tawar  dan  air  asin  yaitu  ikan-ikan  dan  hiasan  badan: batu-batu  perhiasan  dan  mutiara.

Mengenai fenomena tidak campurnya air sungai dengan  air  laut  di  muara-muara  hal tersebut  tidak  khusus untuk Tigris dan Euphrat yang memang tidak  disebutkan  namanya  dalam  ayat  walaupun  ahli-ahli tafsir   mengira   bahwa   dua   sungai  besar  itulah  yang dimaksudkan.

Sungai-sungai  besar  yang  menuang  ke   laut seperti  Missisippi  dan  Yang  Tse menunjukkan keistimewaan yang sama; campurnya kedua macam air  itu  tidak  terlaksana seketika tetapi memerlukan waktu.

Rahasia proses reproduksi manusia

Al Quran Surat Al Hajj ayat 5 (22:5):

Hai manusia, jika kamu dalam keraguan tentang kebangkitan (dari kubur), Maka (ketahuilah) Sesungguhnya Kami telah menjadikan kamu dari tanah, kemudian dari setetes mani, kemudian dari ’segumpal darah’ atau ’sesuatu yang melekat’, kemudian dari segumpal daging yang sempurna kejadiannya dan yang tidak sempurna, agar Kami jelaskan kepada kamu dan Kami tetapkan dalam rahim, apa yang Kami kehendaki sampai waktu yang sudah ditentukan, kemudian Kami keluarkan kamu sebagai bayi, kemudian (dengan berangsur- angsur) kamu sampailah kepada kedewasaan, dan di antara kamu ada yang diwafatkan dan (adapula) di antara kamu yang dipanjangkan umurnya sampai pikun, supaya dia tidak mengetahui lagi sesuatupun yang dahulunya telah diketahuinya. Dan kamu lihat bumi ini kering, kemudian apabila telah Kami turunkan air di atasnya, hiduplah bumi itu dan suburlah dan menumbuhkan berbagai macam tumbuh-tumbuhan yang indah.

Lalu, setidaknya, kata ”Al ’Alaq” seperti di ayat ini disebutkan dalam 4 ayat lain yang membicarakan transformasi urut-urutan reproduksi manusia sejak tahap setetes sperma:

Juga Al Quran Surat Al Mu’minuun ayat 14 (23:14), Surat Al Mu’miin ayat 67 (40:67), Surat Al Qiyaamah ayat 37-38 (75:37-38), Surat Al ‘Alaq ayat 1 (96:1). 
  
Maka, khusus perihal kata ”Al ’Alaq” ini, secara tradisional, penerjemahan Al Quran  kuno atau tradisional, seringkali kata ini ditafsirkan atau diartikan saja sebagai ”segumpal darah” atau ”darah beku (tidak mengalir)” oleh berbagai penerjemah dan mufassir atau penafsir. Dan ini jamak dijumpai di berbagai terjemahan bahkan tafsir Al Quran  di seluruh dunia.

Jika kata itu mutlak diartikan "segumpal darah”, hal ini dapat tidak masuk akal, karena tidak pula sesuai dengan ilmu pengetahuan tentang proses reproduksi manusia, karena sesunguhnya ilmu pengetahuan reproduksi manusia mengkonfirmasikan bahwa tidak pernahlah manusia tercipta melalui tahapan ’gumpalan darah’, dalam rangkaian tahap reproduksinya.

Dengan demikian, derajat keotentikan Al Quran  dalam hal ini pun (jika tetap memakai terjemahan kata ”segumpal darah”) dapat saja menjadi dianggap gugur (setidaknya bagi sebagian kalangan), dan segolongan manusia serta makhluk lain yang membaca Al Quran  dapat menjadi kafir bahkan murtad karenanya, karena dapat menganggap paparan penciptaan manusia yang demikian tidak sesuai dengan ilmu-pengetahuan. Ini dapat menjadi berbahaya, dan tentu saja dapat menjadi tidak sepatutnya, karena Al Quran  adalah dari Tuhan Pencipta Semesta Alam.

Namun, Tuhan Semesta Alamlah yang memang menjaga keotentikannya, dan Al Quran  tentu saja tetap benar sebagai petunjuk sepanjang jaman. Penjelasannya, jika kita menilik kepada ilmu reproduksi ini sendiri, ternyata menetapnya telur dalam rahim terjadi karena tumbuhnya jonjot (villosities) atau perpanjangan telur yang akan mengisap dari dinding rahim, zat yang diperlukan untuk membesarnya telur, seperti layaknya akar tumbuhan yang masuk ke tanah, melekat kepada dinding rahim. Pertumbuhan semacam ini mengokohkan telur dalam rahim.

Inilah yang layak disebut, diterjemahkan korelatif sebagai ”sesuatu yang melekat (atau Al ’Alaq)”, secara spekulatif ilmiah.

Makna yang lebih tepat dari kata ”Al Alaq” karenanya adalah, ”sesuatu yang melekat”, bukan ”segumpal darah (beku)”, yang, saat manusia belum dapat mengetahui jalannya proses reproduksi (manusia) ini, pemakaian kata ”sesuatu yang melekat” daripada kata ”segumpal darah (beku)”, terlihat lebih tidak masuk akal bagi para mufassir tradisional; padahal sesungguhnya justru sebaliknya.

Dan sekali lagi, pengetahuan manusia tentang ini baru didapatkan manusia pada jaman yang kemudian disebut sebagai jaman Modern, berabad-abad sesudah Al Quran diturunkan, tak lama sebelum jaman kita ini.

Tidaklah mengherankan kiranya, betapa berabad-abad lalu, banyak para penerjemah dan mufassir (penafsir) tradisional yang sewajarnya tidak (banyak) mengetahui kaidah ilmu kedokteran, secara mudahnya menerjemahkan kata ”Al ’Alaq” ini sebagai ”segumpal darah” saja, dalam ayat-ayat itu.

Penerjemahan seperti itu, terlihat cukup masuk akal di saat itu, mereka sungguh telah berusaha sebaik-baiknya dengan segala pengetahuan yang mereka miliki, tentulah kesalahan manusiawi ini dapat dimaafkan, tinggal bagaimana baiknya ke depan.

Dan bagaimanapun juga tafsirnya, Al Quran tetaplah tuntunan kehidupan terbaik dari Sang Pencipta Alam.

Dan di antara faktor rumitnya memahami maksud sesungguhnya dari Al Quran, adalah bahwa setidaknya saja para penerjemah atau mufassir (penafsir), memiliki pengetahuan di bawah ini dalam menafsirkannya:

1.       Ilmu Lugath (filologi), yaitu ilmu untuk mengetahui arti setiap kata
2.       Ilmu Nahwu (tata bahasa), yaitu ilmu tata bahasa, misalnya ilmu untuk mengetahui alternatif i’rab (bacaan akhir kata) dari setiap kata atau kalimat, karena i’rab yang berbeda akan mempengaruhi artinya
3.       Ilmu Sharf (perubahan bentuk kata). Sangat pentinglah mengetahui ini, karena perubahan sedikit bentuk kata, dalam Tata Bahasa Arab, akan mengubah arti kata tersebut, tentu saja.
4.       Ketiga ilmu di bawah ini digolongkan cabang ilmu Balaghah yang sangat penting diketahui para ahli tafsir:
          i.            Ilmu Ma’ani (hakikat makna dari suatu kata). Dengan mengetahui hakikat maknanya, maksud dari suatu                             ayat dapat diketahui.
          ii.           Ilmu Bayaan. Ilmu yang mempelajari kelugasan dalam untaian kata atau kalimat.
          iii.           Ilmu Badi’. Ilmu yang mempelajari keindahan bahasa.
5.       Ilmu Qira’at. Sebagaimana umum diketahui kaum terpelajar muslim, Al Quran  diturunkan oleh Alloh dalam tujuh huruf (Sab’ati Ahruf), tujuh cara membaca. Maka para ’Ulama pun telah menguraikan, bahwa hal ini adalah keanekaragaman cara membaca Al Quran, dengan tetap mengikuti Tata Bahasa Arab, yang semuanya bersumber dari Nabi Muhammad sholollohu‘alaihi wasallam, dan sungguh dibenarkan. Bahkan setiap cara membaca ini, satu dan lainnya sungguh saling melengkapi, sebagai satu rangkaian. Dan ini merupakan mukjizat tersendiri dari Al Quran.
6.       Ilmu Aqa’id. Ilmu yang mempelajari dasar-dasar keimanan.
7.       Ilmu Ushul Fiqih. Dengan ilmu ini insya Alloh dapat diambil dalil serta penggalian hukum agama dari suatu ayat.
8.       Ilmu Asbabun-Nuzul. Ilmu untuk menguraikan tentang sebab turunnya suatu ayat. Tentu saja engetahuan tentang situasi dan kondis yang bersamaan dengan atau menyebabkan asbabun-nuzul (sebab turunnya) suatu ayat akan sangat membantu dalam memahami kandungan dan maksud sebenarnya dari ayat tersebut.
9.       Ilmu Nasikh-Mansukh. Dengan ilmu ini dapat dipelajari suatu hukum yang sudah dihapus dan hukum yang masih berlaku.
10.    Ilmu Fiqih. Dengan mengetahui hukum-hukum yang rinci tentu insya Alloh akan mudah diketahui hukum globalnya.
11.    Ilmu Hadits. Ilmu untuk mengetahui Hadits-hadits yang menafsirkan ayat-ayat Al Quran.


Termasuk tentu saja, syarat fakta dan urutan Sejarah yang sangat ketat akan semua ini.

Syarat verifikasi seketat berbagai hal yang disebutkan di atas ini, tidak dijumpai dalam penerjemahan di kalangan non-muslim.

Sedikit mengenai buku ”Bible, Quran, dan Sains Modern” (ditulis oleh DR Maurice Bucaille dan adalah sebuah best-seller, serta sudah diterjemahkan ke bahasa Indonesia), di dalam buku ini juga dimuat kritik terhadap cara dan hasil penerjemahan Al Quran  sendiri yang dapat menjadikannya bermakna sempit dan kehilangan banyak keagungan, kebenaran dan keindahannya (dan juga sebagai akibat dari penyebaran kaidah-kaidah Islam yang tidak dilakukan dengan baik).

Hal ini menurutnya dapat terjadi karena kurangnya pemahaman etimologi bahasa dan ilmu pengetahuan ilmu serta teknologi dari para penerjemahnya; dan kemudian menyebabkan ‘reaksi berantai’ penyampaian isinya yang juga ‘terdistorsi’, menjadi terganggu.

Contoh lebih jelasnya adalah, seseorang insya Alloh subhanahu wa ta’aala akan dapat dengan tepat mengungkapkan kandungan kebenaran ilmu kedokteran dan manusia di dalam Al Quran  bila ia mengetahui dengan baik makna dan aturan etimologi bahasa Arab tersebut, sekaligus kaidah-kaidah ilmu kedokteran.

Hal yang sama juga berlaku terhadap pengajian (interpretasi) ayat-ayat Al Quran  yang berkenaan dengan berbagai macam ilmu-pengetahuan atau sains lain, seperti astronomi, fisika, biologi, kimia, ekonomi, hukum, dan sebagainya.

Maka, dasar-dasar pengetahuan itu tentu sebaiknya juga harus dimiliki bila hendak mengetahui dan menerangkan kaidah ilmu-ilmu yang terkandung dalam Al Furqan.

Hal-hal ini semua tak mungkin kiranya dimiliki banyak penerjemah Al Quran secara perseorangan, yang setiap orang dituntut harus menguasai sedemikian banyak ilmu pengetahuan yang terkandung dalam Al Quran agar dapat benar-benar menerjemahkannya sesuai maksud aslinya, selain pengetahuan bahasa Arab sendiri yang sudah cukup rumit tata bahasanya.

Akhirnya, antara lain dengan menyadari hal-hal ini berdasarkan hidayah (pencerahan atau wahyu dari) Alloh subhanahu wa ta’aala, DR. Maurice Bucaille pengarang buku tersebut, kemudian menjadi muslim atau mualaf dengan suka rela, dan lalu aktif menjadi da’i (pendakwah) internasional. Bahkan pada beberapa tahun silam, seri rekaman acara dakwah yang menghadirkan dirinya hampir tiap malam ditayangkan di Indonesia melalui stasiun TV Indonesia, TPI, di larut-larut malam.

Maka di sini pulalah perlunya untuk berjama’ah, berorganisasi, dan dengan sendirinya melakukan manajemen yang baik dalam melakukan kebaikan (dan dalam hal ini adalah dalam melakukan penerjemahan dan penafsiran ini agar dapat benar-benar mengetahui dan mendapatkan nikmat Alloh subhanahu wa ta’aala di tahap-tahap berikutnya).

Berjama’ah dalam kebaikan itu, tentu saja adalah baik. Sahabat, ipar, dan menantu Rasululullah sholollohu‘alaihi wasallam, sang Kholifah Keempat, Kholifah Ali bin Abi Tholib rodhiyallahu ‘anhu, berkata dalam Atsar  (jejak kebijaksanaan) beliau, ”Kejahatan yang diorganisasikan dengan baik, akan dapat mengalahkan kebaikan yang tidak diorganisasikan dengan baik”.

Pantas pulalah kiranya bila para penerjemah-penafsir yang mengerti ilmu Kedokteran harus menafsirkan ayat-ayat yang berhubungan dengan ilmu Kedokteran dengan mengkorelasikannya dengan segala kaidah ilmu kedokteran sesuai keahliannya, para penerjemah-penafsir yang mengerti ilmu Fisika harus menafsirkan ayat-ayat yang berhubungan dengan ilmu kedokteran dengan mengkorelasikannya dengan segala kaidah ilmu Fisika sesuai keahliannya; demikianlah seterusnya berkenaan dengan berbagai ilmu-pengetahuan sains dan teknologi lain yang ada di dalam kandungan Al Quran, sehingga dapatlah didapatkan suatu gambaran yang menyeluruh, tentang apapun yang dimaksudkan oleh Kitab Suci ini.

Dan bahkan di masa lalu, tak jarang para ahli ilmu-pengetahuan justru mendapatkan inspirasi untuk suatu titik kemajuan ilmu-pengetahuan baru, bahkan titik berhenti etisnya, setelah menelaah Al Quran  dan berbagai hal berkaitan.

Penafsiran itu sendiri, seiring dengan perkembangan jaman dan kemajuan ilmu-pengetahuan manusia, tentu saja juga harus diperbarui setiap kali atau secara berkala, dicocokkan, dikorelasikan dengan segala perkembangan ilmu-pengetahuan; setidaknya karena ayat-ayat Alloh tidaklah hanya yang Qauliyah (tertulis, tersurat) namun juga yangKauniyah (tidak tertulis, tersirat, terhampar luas di alam semesta dalam berbagai ilmu pengetahuan).

Keduanya, tentu saja, seharusnya, sewajarnya, adalah saling menguatkan, karena berasal dari Tuhan yang sama, Tuhan Semesta Alam, dalam sistem Manajemen Fitrahi Beliau. Jika tidak, maka keduanya, tentu saja, seharusnya, sewajarnya, salah satu darinya adalah palsu.

Kemudian Bahasa Arab yang mempunyai kekayaan makna yang banyak untuk satu kata, sehubungan dengan ini semua, selain dapat menjadi sebab kesalahan pengartian, justru juga dapat menjadi kunci kekayaan pesan ilmu pengetahuan dan berbagai kemungkinan penafsirannya, yang satu sama lain dapat mempunyai keistimewaan sendiri, fleksibel bahkan seiring dengan perkembangan kemampuan berpikir atau ilmu-pengetahuan manusia dan jin, serta saling mendukung; dalam sistem besar Alloh subhanahu wa ta’aala dalam Manajemen Fitrahinya ini.

Sementara sebagaimana telah pula diperintahkan dalam Al Quran  tentang pernyataan Alloh subhanahu wa ta’aala bahwa manusia tak mungkin dapat menembus dan menggunakan rahasia langit dan bumi kecuali dengan ilmu pengetahuan (sulthan, dalam Al Quran Surat Ar Rahmaan ayat 33 atau Al Quran Surat 55:33), penyelarasan hubungan antara agama dan ilmu-pengetahuan kemudian membentuk suatu hubungan yang istimewa dan saling menguatkan serta bersintesa sehingga penafsiran kata-kata Al Quran  pun menjadi sedemikian lebih kaya arti. Wallahu ’alam bis shawaab.

Contohnya, ”langit yang tujuh (7)” bahkan ”bumi yang tujuh (7)” dalam berbagai ayat Al Quran  yang diulang berkali-kali (setidaknya tentang tujuh langit ini, diulangi sebanyak tujuh kali pula di tujuh ayat Al Quran ), juga dapatlah dibaca-dipahami sebagai ”langit yang banyak” dan ”bumi yang banyak” dengan juga mengingat bahwa kata ”tujuh” dalam khazanah Bahasa Arab, adalah juga berarti ”banyak” (kaum Arab tradisional di masa Al Quran  diturunkan menganggap jumlah tujuh dan di atas tujuh, sebagai jumlah yang banyak, tak terhitung lagi). Apakah tidak mungkin jika saat ini dengan segala pengetahuan astronomi terkini, kalimat-kalimat itu juga dipahami sebagai sebagai ”galaksi-nebula yang banyak” dan ”planet yang banyak”?

Menurut saya, ini pulalah kiranya salah satu hikmah maksud penyampaian Islam dan Al Quran  dalam bahasa Arab, selain memang disampaikan melalui umat Bani Arab (yang tentu saja pada dasarnya berbahasa Arab) yang juga merupakan keturunan Nabi Ibrahim ‘alaihis salaam selain Bani Israil yang melalui mereka telah diutuskan banyak Nabi dan Rosul, dengan alasan-alasan yang hanya Alloh subhanahu wa ta’aala yang lebih mengetahuinya.

Dan sungguh berbahagialah kiranya Nabi Ibrahim ‘alaihis salaam dan istri-istrinya yang telah menurunkan dua rumpun ras besar, bani Israil dan bani Arabia melalui dua anaknya, Nabi Ismail ‘alaihis salaam dan Nabi Ishak ‘alaihis salaam; dengan sekian banyak Nabi yang diturunkan dalam garis keturunan mereka. Semoga keterhubungan ini dapatlah dijadikan dasar perdamaian dunia, terutama bila kita semua bersedia lebih dalam mempelajarinya, termasuk tentunya juga mempelajari sejarah yang benar.

Manusia dengan tingkat pengetahuan sederhana pada jaman Rosululloh sholollohu‘alaihi wasallam, dapat dengan mudah menerima kalimat-kalimat sederhana (misalnyaperbandingan sederhana antara Matahari dan Bulan di Al Quran Surat Nuh 15-16 itu), dengan kalimat-kalimat sederhana ini.

Namun kalimat-kalimat sederhana inipun dapat berarti dalam, serta dapat diterima oleh bahkan para ahli ilmu-pengetahuan di luar komunitas Rosululloh sholollohu‘alaihi wasallam, dan yang hidup berabad-abad kemudian, termasuk mereka yang sangat senang mengunakan logika dan ilmu-pengetahuan sains modern atau posmodern untuk memahami segala sesuatu. Ini memuaskan semua kalangan pencari kebenaran. Dan ini adalah salah satu hikmah dari Al Quran .

Inilah yang sangat menarik dan perlu dicatat di sini, yaitu tentang adanya suatu keagungan perbandingan, dan tidak adanya dalam Al Quran perbedaan makna perbandingan berkaitan dengan adanya perubahan jaman yang mungkin menunjukkan keagungannya pada waktu Al Quran turun, namun yang pada saat ini menjadi hanyalah dapat dipandang sebagai sisa mitos atau khayalan tidak ilmiah belaka, sebagaimana dapat dan telah terjadi pada kitab(-kitab) yang telah salah-kaprah dianggap ‘kitab suci’ lain.

Pendeknya, makna dari teks-teks Al Quran  ini, ternyata konsisten dalam berbagai jaman, merupakan pesan sepanjang jaman, bahkan bila ditelaah dari berbagai sisi dan disiplin ilmu serta peradaban, setidaknya saja.

Dan masih banyak ayat lain yang memuat isyarat ilmu pengetahuan di berbagai bidang. Maka, wajarlah pula kiranya jika seorang manusia berpengetahuan yang jujur dan sehat akalnya, berkesimpulan bahwa amat tak mungkinlah kiranya bahwa seorang pedagang (businessman) Arab bernama Muhammad bin ‘Abdullah bin Abdul Muthalib sholollohu‘alaihi wasallam yang ternyata tak dapat membaca dan menulis (ummiy atau buta huruf) serta hidup di tengah gurun pasir Arab terpencil di abad VI Masehi, dapat dengan tepat mengungkapkan bahkan menyebutkan dengan jelas berbagai kaidah ilmu pengetahuan yang tersirat maupun tersurat di berbagai surat Al Quran.

Kebenaran hal-hal itu sendiri bahkan baru dapat dibuktikan berabad-abad setelah ia wafat, oleh berbagai cabang ilmu pengetahuan modern.

Jelas, Rosululloh Muhammad bin ‘Abdullah sholollohu‘alaihi wasallam tak mungkin mengarang itu semua sendirian atau bahkan bila telah menuliskan itu semua dengan dibantu makhluk lain (misalnya para sahabatnya yang mengelilinginya bahkan juga bila ternyata dibantu oleh banyak orang lain dan makhluk lain pada masa itu).

Apalagi setidaknya kemudian di dalam kitab itu juga ditemukan adanya dukungan, pembenaran, dan perbaikan terhadap perkembangan ajaran-ajaran para Nabi dan Rosul terdahuluItupun, masih ditambah pula dengan adanya kenyataan bahwa “Al Furqan” (nama lain Al Quran  yang berarti “pembeda”) ini juga disusun berdasarkan kaidah sastra Arab yang tinggi dan indah; satu hal yang lebih mengherankan lagi, mengingat Muhammad sholollohu‘alaihi wasallam sendiri sekali lagi, dikenal sebagai orang buta huruf (ummy). 


Pantaslah pulalah kiranya kita berkesimpulan bahwa Muhammad sholollohu‘alaihi wasallam adalah benar-benar seorang utusan dari Tuhan Yang Benar, yaitu Alloh subhanahu wa ta’aala, Tuhan para Nabi yang membawa risalah agama yang sama, dan bahwa Rosululloh sholollohu‘alaihi wasallam benar-benar membawa pesan yang benar-benar berasal dari Alloh subhanahu wa ta’aala, Beliau, Tuhan Yang maha Tinggi, berupa rangkaian pesan yang dikumpulkan dalam Kitab Suci Al Quran.


Ini adalah baru beberapa hal saja yang baru dapat diungkap dari keajaiban Al Quran.

Maka, karenanya, tentulah sangat penting mentaati Alloh subhanahu wa ta’aala dan Rasulnya, melaksanakan perintahNya dan menjauhi laranganNya, termasuk karena yang diturunkan Alloh subhanahu wa ta’aala kepada manusia dan jin, seluruh makhluk, seluruh alam semesta, adalah rangkaian dari pesan yang satu sejak para nabi dan rasul sebelum Rosul Terakhir Rosululloh Muhammad sholollohu‘alaihi wasallam.

Wallohua'lam. Wastaghfirulloh. Walhamdulillah.

Keajaiban Islam di Amerika Serikat Pasca Tragedi WTC 9/11

Sejumlah data yang dikomposisikan oleh Demented Vision (2007), dari sebuah observasi di Amerika Serikat tentang perkembangan jumlah pemeluk agama-agama dunia menarik untuk dicermati. Dari data observasi itu, terdapat angka-angka yang menunjukkan perbandingan pertumbuhan penganut Islam dan Kristen di dunia.

Lembaga itu mencatat, pada tahun 1900, jumlah pemeluk Kristen adalah 26,9% dari total penduduk dunia, sementara pemeluk Islam hanya 12,4%. 80 tahun kemudian (1980), angka itu berubah. Penganut Kristen bertambah 3,1% menjadi 30%, dan Muslim bertambah 4,1% menjadi 16,5% dari seluruh penduduk bumi.

Pada pergantian milenium kedua, yaitu 20 tahun kemudian (2000), jumlah itu berubah lagi tapi terjadi perbedaan yang menarik. Kristen menurun 0,1% menjadi 29,9% dan Muslim naik lagi menjadi 19,2%. Pada tahun 2025, angka itu diproyeksikan akan berubah menjadi: penduduk Kristen 25% (turun 4,9%) dan Muslim akan menjadi 30% (naik pesat 10,8%) mengejar jumlah penganut Kristen.

Bila diambil rata-rata, Islam bertambah pemeluknya 2,9% pertahun. Pertumbuhan ini lebih cepat dibandingkan dengan pertumbuhan jumlah penduduk bumi sendiri yang hanya 2,3% pertahun. 17 tahun lagi dari sekarang, bila pertumbuhan Islam itu konstan, dari angka kelahiran dan yang masuk Islam di berbagai negara, berarti prediksi itu benar, Islam akan menjadi agama nomor satu terbanyak pemeluknya di dunia, menggeser Kristen menjadi kedua.

World Almanac and Book of Fact, #1 New York Times Bestseller, mencatat jumlah total umat Islam sedunia tahun 2004 adalah 1,2 milyar lebih (1.226.403.000), tahun 2007 sudah mencapai 1,5 milyar lebih (1.522.813.123 jiwa). Ini berarti, dalam 3 tahun, kaum Muslim mengalami penambahan jumlah sekitar 300 juta orang (sama dengan jumlah umat Islam yang ada di kawasan Asia Tenggara).

Fenomena di Amerika sendiri sangat menarik. Sangat tidak masuk di akal pemerintah George Bush dan tokoh-tokoh Amerika, masyarakat Amerika berbondong-bondong masuk Islam justru setelah peristiwa pemboman World Trade Center pada 11 September 2001 yang dikenal dengan 9/11 yang sangat memburukkan citra Islam itu. Pasca 9/11 adalah era pertumbuhan Islam paling cepat yang tidak pernah ada presedennya dalam sejarah Amerika.

8 juta orang Muslim yang kini ada di Amerika dan 20.000 orang Amerika masuk Islam setiap tahun setelah pemboman itu. Pernyataan syahadat masuk Islam terus terjadi di kota-kota Amerika seperti New York, Los Angeles, California, Chicago, Dallas, Texas dan yang lainnya.

Atas fakta inilah, ditambah gelombang masuk Islam di luar Amerika, seperti di Eropa dan beberapa negara lain, beberapa tokoh Amerika menyatakan kesimpulannya. The Population Reference Bureau USA Today sendiri menyimpulkan: “Moslems are the world fastest growing group.” Hillary Rodham Cinton, istri mantan Presiden Clinton seperti dikutip oleh Los Angeles Times mengatakan, “Islam is the fastest growing religion in America.”

Kemudian, Geraldine Baum mengungkapkan: “Islam is the fastest growing religion in the country” (Newsday Religion Writer, Newsday). “Islam is the fastest growing religion in the United States,” kata Ari L. Goldman seperti dikutip New York Times.

Atas daya magnit Islam inilah, pada 19 April 2007, digelar sebuah konferensi di Middlebury College, Middlebury Vt. untuk mengantisipasi masa depan Islam di Amerika dengan tajuk “Is Islam a Trully American religion?” (Apakah Islam adalah Agama Amerika yang sebenarnya?) menampilkan Prof. Jane Smith yang banyak menulis buku-buku tentang Islam di Amerika.

Konferensi itu sendiri merupakan seri kuliah tentang Immigrant and Religion in America. Dari konferensi itu, jelas tergambar bagaimana keterbukaan masyarakat Amerika menerima sebuah gelombang baru yang tak terelakkan yaitu Islam yang akan menjadi identitas dominan di negara super power itu.


Anomali 9/11  
Peristiwa 9/11 menyimpan misteri yang tidak terduga. Pemboman itu dikutuk dunia, terlebih Amerika, sebagai biadab dan barbar buah tangan para “teroris Islam.”

Setelah peristiwa itu, kaum Muslimin di Amerika terutama imigran asal Timur Tengah merasakan getahnya mengalami kondisi psiokologis yang sangat berat: dicurigai, diteror, diserang, dilecehkan dan diasosiasikan dengan teroris.

Hal yang sama dialami oleh kaum Muslim di Inggris, Perancis, Jerman dan negara-negara Eropa lainnya.  Pemerintah George Walker Bush segera mengetatkan aturan imigrasi dan mengawasi kaum imigran Muslim secara berlebihan. Siaran televisi Fox News Channel, dalam acara mingguan “In Focus” menggelar diskusi dengan mengundang enam orang nara sumber, bertemakan ”Stop All Muslim Immigration to Protect America and Economy.”

Acara ini menggambarkan kekhawatiran Amerika tidak hanya dalam masalah terorisme tetapi juga ekonomi dimana pengaruh para pengusaha Arab dan Timur Tengah mulai dominan dan mengendalikan ekonomi Amerika.

Tapi, rupanya Islam berkembang dengan caranya sendiri. Islam mematahkan “logika akal sehat” manusia modern. Bagaimana mungkin sekelompok orang nekat berbuat biadab membunuh banyak orang tidak berdosa dengan mengatasnamakan agama, tetapi tidak lama setelah peristiwa itu, justru ribuan orang berbondong-bondong menyatakan diri masuk agama tersebut dan menemukan kedamaian didalamnya? 9/11 telah berfungsi menjadi ikon yang memproduksi arus sejarah yang tidak logis dan mengherankan. Selain 20.000 orang Amerika masuk Islam setiap tahun setelah peristiwa itu, ribuan yang lain dari negara-negara non Amerika (Eropa, Cina, Korea, Jepang dst) juga mengambil keputusan yang sama masuk Islam.

Bagaimana arus ini bisa dijelaskan? Sejauh saya ketahui, jawabannya “tidak ada” dalam teori-teori gerakan sosial karena fenomena ini sebuah anomali. Maka, gejala ini hanya bisa dijelaskan oleh “teori tangan Tuhan.”

Tangan Tuhan dalam bentuk blessing in disguise adalah nyata dibalik peristiwa 9/11 dan ini diakui oleh masyarakat Islam Amerika. Karena peristiwa 9/11 yang sangat mengerikan itu dituduhkan kepada Islam, berbagai lapisan masyarakat Amerika justru kemudian terundang kuriositasnya untuk mengetahui Islam lebih jauh.

Sebagian karena murni semata-mata ingin mengetahui saja, sebagian lagi mempelajari dengan sebuah pertanyaan dibenaknya: “bagaimana mungkin dalam zaman modern dan beradab ini agama “mengajarkan” teror, kekerasan dan suicide bombing dengan ratusan korban tidak berdosa?” Tapi keduanya berbasis pada hal yang sama: ignorance of Islam (ketidaktahuan sama sekali tentang Islam). Sebelumnya, sumber pengetahuan masyarakat Barat (Amerika dan Eropa) tentang Islam hanya satu yaitu media yang menggambarkan Islam tidak lain kecuali stereotip-stereotip buruk seperti teroris, uncivilized, kejam terhadap perempuan dan sejenisnya.

Seperti disaksikan Eric, seorang Muslim pemain cricket warga Texas, setelah peristiwa 9/11, masyarakat Amerika menjadi ingin tahu Islam, mereka kemudian ramai-ramai membeli dan membaca Al-Qur’an setiap hari, membaca biografi Muhammad dan buku-buku Islam untuk mengetahui isinya. Hasilnya, dari membaca sumbernya langsung, mereka menjadi tahu ajaran Islam yang sesungguhnya.

Ketimbang bertambahnya kebencian, yang terjadi malah sebaliknya. Menemukan keagungan serta keindahan ajaran agama yang satu ini. Keagungan ajaran Islam ini bertemu pada saatnya yang tepat dengan kegersangan, kegelisahan dan kekeringan spritual masyarakat Amerika yang sekuler selama ini. Karena itu, Islam justru menjadi jawaban bagi proses pencarian spiritual mereka selama ini. Islam menjadi melting point atas kebekuan spiritual yang selama ini dialami masyarakat Amerika. Inilah pemicu terjadinya Islamisasi Amerika yang mengherankan para pengamat sosial dan politik. Inilah tangan Tuhan dibalik peristiwa /9/11.


Motivasi Menjadi Muslim

Dari banyak wawancara yang dilakukan televisi Amerika, Eropa maupun Timur Tengah terhadap mereka yang masuk Islam atau video-video blog yang banyak menjelaskan motivasi para new converters ini masuk Islam, menggambarkan konfigurasi latar belakang yang beragam.

Pertama, karena kehidupan mereka yang sebelumnya sekuler, tidak terarah, tidak punya tujuan, hidup hanya money, music and fun. Pola hidup itu menciptakan kegersangan dan kegelisahan jiwa. Mereka merasakan kekacauan hidup, tidak seperti pada orang-orang Muslim yang mereka kenal.

Dalam hingar bingar dunia modern dan fasilitas materi yang melimpah banyak dari mereka yang merasakan kehampaan dan ketidakbahagiaan. Ketika menemukan Islam dari membaca Al-Qur’an, dari buku atau kehidupan teman Muslimnya yang sehari-harinya taat beragama, dengan mudah saja mereka masuk Islam.

Kedua, merasakan ketenangan, kedamaian dan kebahagiaan yang tidak pernah dirasakannya dalam agama sebelumnya yaitu Kristen. Dalam Islam mereka merasakan hubungan dengan Tuhan itu langsung dan dekat. Beberapa orang Kristen taat bahkan mereka sebagai church priest mengaku seperti itu ketika diwawancarai televisi. Allison dari North Caroline dan Barbara Cartabuka, seorang diantara 6,5 juta orang Amerika yang masuk Islam pasca 9/11, seperti diberitakan oleh Veronica De La Cruz dalam CNN Headline News, Allison mengaku “Islam is much more about peace.” Sedangkan Barbara tidak pernah merasakan kedamaian selama menganut Katolik Roma seperti kini dirasakannya setelah menjadi Muslim.

Demikian juga yang dirasakan oleh Mr. Idris Taufik, mantan pendeta Katolik di London, ketika diwawancara televisi Al-Jazira. Mantan pendeta ini melihat dan merasakan ketenangan batin dalam Islam yang tidak pernah dirasakan sebelumnya ketika ia menjadi mendeta di London.

Ia masuk Islam setelah melancong ke Mesir. Ia kaget melihat orang-orang Islam tidak seperti yang diberitakan di televisi-televisi Barat. Ia mengaku, sebelumnya hanya mengetahui Islam dari media. Ia sering meneteskan air mata ketika menyaksikan kaum Muslim shalat dan kini ia merasakan kebahagiaan setelah menjadi Muslim di London.

Ketiga, menemukan kebenaran yang dicarinya. Beberapa konverter mengakui konsep-konsep ajaran Islam lebih rasional atau lebih masuk akal seperti tentang keesaan Tuhan, kemurnian kitab suci, kebangkitan (resurrection) dan penghapusan dosa (salvation) ketimbang dalam Kristen.

Banyak dari masyarakat Amerika memandang Kristen sebagai agama yang konservatif dalam doktrin-doktrinnya. Eric seorang pemain Cricket di Texas, kota kelahiran George Bush, berkesimpulan seperti itu dan memilih Islam. Sebagai pemain cricket Muslim, ia sering shalat di pinggir lapang. Di Kristen, katanya, sembahyang harus selalu ke Gereja.

Seorang konverter lain memberikan kesaksiannya yang bangga menjadi Muslim. Ia menjelaskan telah berpuluh tahun menganut Katolik Roma dan Kristen Evangelik. Dia mengaku menemukan kelemahan-kelemahan doktrin Kristen setelah menyaksikan debat terbuka tentang “Is Jesus God?” (Apakah Yesus itu Tuhan?) antara Ahmad Deedat, seorang tokoh Islam dari Afrika Selatan dan seorang teolog Kristen.

Argumen-argumen Dedaat dalam diskusi menurutnya jauh lebih jelas, kuat dan memuaskan ketimbang teolog Kristen itu. Menariknya, misi awalnya ia menonton debat agama itu justru untuk mengetahui Islam karena ia bertekad akan menyebarkan gospel ke masyarakat-masyarakat Muslim.

Yang terjadi sebaliknya, ia malah menemukan keunggulan doktrin Islam dalam berbagai aspeknya dibandingkan Kristen. Angela Collin, seorang artis California yang terkenal karena filmnya Leguna Beach dan kini menjadi Director of Islamic School, ketika diwawancarai oleh televisi NBC News megapa ia masuk Islam, ia mengungkapkan: “I was seeking the truth and I’ve found it in Islam. Now I have this belief and I love this belief,” katanya bangga.

*

*

Keempat, banyak kaum perempuan Amerika Muslim berkesimpulan ternyata Islam sangat melindungi dan menghargai perempuan. Dengan kata lain, perempuan dalam Islam dimuliakan dan posisinya sangat dihormati. Walaupun mereka tidak setuju dengan poligami, mereka melihat posisi perempuan sangat dihormati dalam Islam daripada dalam peradaban Barat modern.

Seorang convert perempuan Amerika bernama Tania, merasa hidupnya kacau dan tidak terarah jutsru dalam kebebasannya di Amerika. Ia bisa melakukan apa saja yang dia mau untuk kesenangan, tapi ia rasakan malah merugikan dan merendahkan perempuan. Setelah mempelajari Islam, awalnya merasa minder. Setelah tahu bagaimana Islam memperlakukan perempuan, ia malah berkata “women in Islam is so honored. This is a nice religion not for people like me!” katanya. Dia masuk Islam setelah mempelajarinya beberapa bulan dari teman Muslimnya.

Perkembangan Islam di dunia Barat sesungguhnya lebih prospektif karena mereka terbiasa berfikir terbuka. Dalam keluarga Amerika, pemilihan agama dilakukan secara bebas dan independen. Banyak orang tua mendukung anaknya menjadi Muslim selama itu adalah pilihan bebasnya dan independen. Mereka mudah saja masuk Islam ketika menemukan kebenaran disitu. Angela Collin menjadi Muslim dengan dukungan kedua orang tua. Ketika diwawancarai televisi NBC, orang tuanya justru merasa bangga karena Angela adalah seorang “independent person.” Nancy seorang remaja 15 tahun, masuk Islam setelah bergaul dekat temannya keluarga Pakistan dan keluarganya tidak mempermasalahkan walaupun telah lama hidup dalam tradisi Kristen. 


Dampak Hubungan Islam – Barat

Perkembangan ini tentu akan berpengaruh signifikan terhadap hubungan Islam-Barat (Kristen) yang sudah mengalami ketegangan historis berabad-abad.

Dengan pesatnya perkembangan umat Muslim di Amerika, Eropa dan negara-negara maju lainnya, akan berpengaruh signifikan terhadap beberapa hal. Pertama, masyarakat Barat akan lebih dekat dan lebih kenal dengan Islam melalui umat Islam yang ada di Barat sendiri.

Mereka akan menjembatani kesalahafahaman yang selalu terjadi terhadap Islam dan kaum Muslimin. Ketidaksukaan masyarakat Barat terhadap Islam lebih karena the ignorance of Islam dan ini akan semakin berkurang. Umat Islam di Barat akan menjadi komunikator yang efektif dan duta-duta yang handal untuk menjelaskan dan memperlihatkan wajah Islam yang sesungguhnya di sana.

Melalui mereka, nasib umat Islam diluar Barat akan disuarakan dan penderitaan demi penderitaan negara-negara Muslim akibat dominasi Barat yang kebijakannya sering yang tidak adil akan berkurang.

Kedua, akibat dari ajaran Islam yang semakin tersosialisasi di Barat dan suara politik kaum Muslimin semakin kuat, jembatan untuk terciptanya saling pemahaman dan pengertian akan semakin kondusif dan menguat. Islam dan Barat mudah-mudahan akan masuk ke dalam sebuah equilibrium sejarah baru yang lebih adil, lebih fair dan lebih demokratis: “Ketika datang pertolongan Allah dan kemenangan, dan kamu akan melihat manusia masuk ke dalam agama Allah dengan berbondong-bondong!”. Wallahu a’alam!!




Penulis, Dosen UIN SGD Bandung, alumni Southeast Asian Studies, ANU Canberra.

Moeflich Hasbullah
(Pikiran Rakyat, 6 Maret 2008)

“Idza ja-a nashrullahi wal fathu,wara aytannas sayad khuluna fi dinillahi afwaja..”
(An-Nashr: 1-2)
(Ketika datang pertolongan Allah dan kemenangan,dan kamu akan melihat manusia masuk ke dalam agama Allah dengan berbondong-bondong)


Itulah Keajaiban Islam di Amerika Setelah Tragedi WTC 9/11

Semoga Menghibur dan Bermanfaat,