Senin, 04 November 2013

Indahnya Pernikahan dalam Islam


    Segala puji bagi Alloh atas segala karunia yang telah diberikan kepada
hamba-Nya. Salam dan sholawat semoga senantiasa tercurah atas panutan umat
 ini, Nabi Muhammad, keluarganya, para sahabatnya, dan orang-orang yang
setia mengikuti sunnah mereka hingga hari kiamat.

Islam adalah agama yang sempurna. Ia hadir di tengah umat sebagai solusi
 atas problematika yang sedang mereka hadapi. Syari’at pernikahan yang
selaras dengan watak dan fitroh manusia, serta selaras dengan tabiat
seksual yang melekat pada diri mereka yang memang cenderung melakukan
hubungan seksual.




Maka, hadirnya syari’at pernikahan di tengah kehidupan manusia merupakan
 rohmah bagi mereka. Dengannya mereka dapat menjaga pandangan mata,
membentengi diri dari kemauan hubungan seksual yang diharamkan, menjaga
keturunan, dapat menciptakan komunitas umat yang banyak sehingga dapat
 memadukan langkah dalam menegakkan syari’at Alloh. Hal ini merupakan
realisasi sabda Rasululloh:

    “Nikahilah wanita yang penyayang dan (berpotensi) punya banyak anak,
 karena aku akan berbangga dengan banyaknya jumlah kalian di hadapan
para nabi pada hari kiamat kelak.” [1]




Lebih dari itu, pernikahan juga bisa menciptakan ketenangan jiwa,
 mewujudkan stabilitas hidup, serta membuahkan kelembutan dalam jiwa
 dan perasaan manusia. Dengan demikian, manusia akan bisa membangun
 kehidupannya dengan penuh ketenteraman. Banyak sisi kemudahan yang
diberikan Islam dalam masalah pernikahan ini, di antaranya:
Memilih Calon yang Sholih dan Sholihah

Syari’at Islam menganjurkan kepada laki-laki muslim yang hendak menikah
untuk memilih calon istri yang sholihah, yaitu wanita yang taat kepada
Alloh dan juga taat kepada suaminya. Demikian pula wanita, hendaknya
 memilih seorang pria yang sholih.


Mengapa harus kesholihan yang menjadi pilihan utama? Sebab hal itu
akan melahirkan akhlak yang mulia, tutur kata yang apik, jiwa yang
lembut, pengertian, sabar dalam menjalankan hak-hak masing-masing,
 mampu mendidik anak-anak dengan akhlak yang mulia, tidak banyak
menuntut, tidak keluar rumah tanpa izin suaminya, dan seterusnya.
Sehingga, pantaslah jika sifat kesholihan ini merupakan perhiasan
dunia terindah yang menyimpan mutiara kebahagiaan dan ketenteraman
 hidup. Rosululloh bersabda:

    “Dunia adalah perhiasan. Dan sebaik-baik perhiasan dunia adalah
wanita sholihah” [2]

Sesungguhnya semua syari’at dalam Islam tidak menghalangi siapapun
dalam menggapai suatu kebahagiaan, apalagi yang bertujuan meningkatkan
 kualitas ibadah kepada Alloh. Oleh karena itu, Alloh menghilangkan
segala sesuatu yang bisa menghalangi atau menghambat pernikahan, di
 antaranya masalah mahar/mas kawin.


Oleh karena itu, Rosululloh memerintahkan agar seseorang memilih
 wanita yang
 memiliki agama, sebab hal itu merupakan keberuntungan. Beliau
 bersabda:

    “Pilihlah wanita yang memiliki agama (yang baik), niscaya engkau akan
 beruntung” [3]

Melihat Calon Istri

Melihat calon istri termasuk syari’at Alloh yang indah bagi seorang hamba.
 Sebelum seseorang menikah, syari’at Islam telah mengantisipasi adanya
 hal-hal yang tidak diinginkan setelah pernikahan, seperti menyesal karena
 salah pilih calon pasangan. Melihat calon istri merupakan faktor penting
 dalam pernikahan karena bisa membuat hubungan rumah tangga menjadi lebih
langgeng dan harmonis.

Rosululloh bersabda:

    “Apabila seseorang di antara kalian hendak meminang wanita, jika ia
mampu melihat sesuatu dari wanita itu yang bisa mendorongnya untuk
menikahinya, maka lakukanlah” [4]

Sahabat al-Mughiroh pernah meminang seorang wanita, maka Rosululloh
berkata kepadanya:

<“Lihatlah wanita tersebut, sebab hal itu lebih bisa melanggengkan cinta
dan kasih sayang di antara kalian berdua.” [5]

Bila seseorang menikah tanpa melihat calonnya terlebih dahulu, maka
dikhawatirkan ia akan mendapati kejanggalan yang tidak ia pikirkan atau
ia bayangkan sebelumnya, baik berkenaan dengan agamanya, kepribadiannya,
 akhlaknya atau yang lainnya.
Hendaknya Mempermudah Mahar



Sesungguhnya semua syari’at dalam Islam tidak menghalangi siapapun dalam
menggapai suatu kebahagiaan, apalagi yang bertujuan meningkatkan kualitas
 ibadah kepada Alloh. Oleh karena itu, Alloh menghilangkan segala sesuatu
yang bisa menghalangi atau menghambat pernikahan, di antaranya masalah
 mahar/mas kawin. TIdak jarang seseorang gagal menikah hanya karena mahal
 yang terlalu mahal.

Ketahuilah wahai saudaraku, mempermudah urusan dalam masalah mahar
merupakan perkara yang sangat dianjurkan dalam Islam. Dengan itu, seseorang
menjadi lebih mudah untuk menikah, sehingga bisa mengurangi terjadinya
perzinaan dan kejahatan lainnya. Rasululloh menegaskan bahwa pernikahan
 yang paling baik adalah yang paling mudah maharnya:

    “Sebaik-baik pernikahan adalah yang paling murah (maharnya)” [6]

Islam memperbolehkan pemberian mahar dengan batas minimal, sampai berupa
pengajaran sebagian ayat al-Qur’an atau hadits sekalipun. Perhatikan
 peristiwa yang pernah dialami Rosululloh. Beliau pernah didatangi oleh
seorang wanita yang meminta agar beliau menikahinya, namun beliau tidak
berminat menikahinya. Maka beliau menawarkan kepada salah seorang
sahabatnya, lalu berkata: “Apakah engkau memiliki hafalan al-Qur’an?”
Maka ia menjawab: “Ya. Saya menghafal surat ini dan itu.” Kemudian beliau
 bersabda: “Saya akan menikahkanmu dengan wanita tersebut dengan mahar
surat al-Qur’an yang kau hafal.” [7]

Demiianlah Islam membawa syari’at yang indah dan mempesona. Siapa saja
 yang menutup mata dari pancaran cahayanya, maka sungguh ia akan terjatuh
 ke dalam jurang kesengsaraan dan kenistaan. Hanya kepada Alloh-lah kita
 berlindung dan memohon pertolongan. Wallohu a’lam bish-showab.
















Catatan Kaki:

[1] HR. Ahmad (3/145) Abu Dawud 2050, dan dishohihkan oleh al-Albani
dalam Irwa’ul Gholil no. 1784

[2] HR. Muslim 1467

[3] HR. al-Bukhori 5090

[4] HSR. Abu Dawud 2080, Hakim (2/162) dari sahabat Jabir

[5] HSR. at-Tirmidzi 1087, dan dishohihkan oleh al-Albani dalam Shohih
Sunan Ibnu Majah (no. 1511)

[6] HSR. Abu Daud 2117, dan dishohihkan oleh al-Albani dalam Shohih
Jami’ 3300

[7] Lihat dalam Shohih Bukhori 5087

Dari Majalah al-Mawaddah Edisi 8 Tahun Ke-3, Robi’ul Awwal – Robi’uts
 Tsani 1431 H, Maret 2010
- See more at: http://jilbab.or.id/archives/1960-indahnya-pernikahan-
dalam-islam/#sthash.okBof766.dpuf

Kemukjizatan Lebah dan Madu dalam Al-Quran



Segala sesuatu yang diciptakan Allah SWT. Pasti tidak ada yang sia-sia. Di antara ciptaan Sang Khalik yang istimewa adalah lebah. Serangga yang satu ini menempati posisi penting di banding serangga lainnya. Tak heran jika lebah dijadikan salah satu nama surat dalam al-Quran. 

 Surat ke-16 dalam al-Quran adalah An-Nahl,  yang berarti lebah.  Secara khusus, surat Makiyyah tersebut di namakan An-Nahl atau lebah, karena pada ayat ke-68 terdapat Firman Allah SWT yang berbunyi, (artinya) “Dan Tuhanmu mengilhamkan kepada lebah: Buatlah sarang-sarang di bukit-bukit, di pohon-pohon kayu, dan di tempat yang dibikin manusia.

Lebah memang special. Ia merupakan makhluk Allah yang banyak memberi manfaat dan kenikmatan kepada manusia.
Persamaan Madu yang Dihasilkan Lebah dengan Al-Quranul Karim
…Dari perut lebah itu keluar minuman (madu) yang bermacam-macam warnanya, di dalamnya terdapat obat yang menyembuhkan bagi manusia. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda (kebesaran Tuhan) bagi orang-orang yang memikirkan.” (QS. An-Nahl: 69)
Madu berasal dari sari bunga dan menjadi obat berbagai macam penyakit  manusia. Sedangkan al-Quran mengandung inti sari dari kitab-kitab yang telah diturunkan kepada nabi-nabi terdahulu ditambah dengan ajaran-ajaran yang diperlukan oleh semua bangsa sepanjang masa untuk mencapai  kebahagiaan dunia dan akhirat.
Kemukjizatan madu sebagaimana disampaikan al-Quran telah terbukti secara ilmiah. Dalam tafsir al-Quran, sayyid Quthb mengungkapkan, madu sebagai obat penyembuh penyakit sudah dibuktikan secara ilmiah oleh para para pakar kedokteran. Inilah salah satu bukti kebenaran ayat al-Quran yang harus diyakini umat manusia.
Dalam tafsir Ibnu Katsir diterangkan, madu lebah itu warnanya bermacam-macam sesuai dengan makanannya. Ada yang berwarna putih, kuning, maupun merah. Selain itu, menurut Ibnu Katsir, madu cocok bagi setiap orang, misalnya untuk mengobati dingin, karena madu itu panas.
Di dunia Islam, penggunaan madu sebagai obat sudah diterapkan pada zaman nabi shallallahu 'alaihi wasallam. Pada saat itu, madu digunakan untuk obat diare. Lem lebah yang berasal dari madu juga sangat berkhasiat untuk mengobati berbagai macam penyakit.
Kajian khasiat madu secara ilmiah juga telah diteliti oleh ilmuan Muslim terkemuka di era keemasan Islam, yakni Ibnu Sina (890-1037). Bapak kedokteran dunia dan ilmuwan muslim di abad ke-10 M itu tercatat sebagai dokter yang mengulas mengenai khasiat madu dari segi kesehatan dan dunia kedokteran.
Selama hidupnya Ibnu Sina banyak mengonsumsi madu sehingga awet muda dan berumur panjang. Madu, menurut Ibnu Sina, dapat menyembuhkan berbagai penyakit dari yang ringan sampai yang berat, seperti tekanan darah tinggi dan jantung. Madu juga dapat menurunkan suhu badan serta mengatur sekresi, sehingga dapat menghilangkan penyakit demam.
Ibnu Sina juga telah meneliti khasiat madu untuk perawatan kecantikan tubuh. Menurut Ibnu Sina, madu dan minyak zaitun mampu menjadi obat mujarab yang digunakan sebagai kosmetika yang memiliki beragam khasiat.

Madu dan minyak zaitun, papar Ibnu Sina, bisa mengencangkan kulit muka dan seluruh kulit badan. Kedua bahan alami yang mendapat perhatian khusus dalam Al-Quran itu mampu menghilangkan flek-flek hitam dan jamur kulit. Selain itu, madu dan minyak zaitun juga bisa menghaluskan kulit dan mengurangi kerutan pada wajah.

Yang tak kalah menariknya, Ibnu Sina pun telah menemukan fakta bahwa  minyak zaitun dan madu mampu menghilangkan bau badan yang tak sedap, serta bisa memberikan vitamin pada kulit dan melembabkannya. Selain untuk kosmetik, madu juga bisa digunakan untuk beragam kegunaan lainnya. Mulai dari makanan, obat-obatan sampai bahan untuk alat-alat kecantikan.

Sejatinya, manfaat madu telah dirasakan peradaban manusia sejak dahulu kala. Orang Mesir Kuno telah mengonsumsinya. Penduduk Kuno Mesir sudah terbiasa memanfaatkan madu sebagai makanan bergizi tinggi serta obat berbagai macam penyakit yang mujarab. Meski begitu, peradaban kuno belum mampu menjelaskannya secara ilmiah.

Adalah Ibnu Sina seorang dokter legendaris sepanjang masa yang telah berhasil membuktikan kebenaran khasiat madu tersebut. Dalam usia tua, Konon, Ibnu Sina masih tetap kelihatan sehat dan segar bugar layaknya seorang pemuda, karena terbiasa mengonsumsi madu.
Konon, Ibnu Sina,  Dalam usia tua, masih tetap kelihatan sehat dan segar bugar layaknya seorang pemuda, karena terbiasa mengonsumsi madu.
Hasil penelitian terakhir yang dikeluarkan dari Universitas Moskow, menyatakan madu ternyata juga mengandung logam alumunium, boron, krom, tembaga, timbal, titanium, seng, asam organic, asetilkolin, hormon, antibiotic, zat antiracun, serta zat antikanker.

Zat-zat ini sangat penting untuk memperlancar proses biokimia tubuh dan proses penyembuhan aneka penyakit. Sementara kandungan enzim dalam madu dilaporkan paling tinggi jika dibandingkan dengan makanan lainnya.

Penelitian ini juga menyebutkan, madu diyakini dapat menyembuhkan tukak lambung (maag), radang usus, serta kesulitan buang air besar (sembelit). Jadi memang sangat baik mengkonsumsi madu dalam keseharian kita.
Madu diyakini dapat menyembuhkan tukak lambung (maag), radang usus, serta kesulitan buang air besar (sembelit).
Sangat baik mengkonsumsi madu dalam keseharian kita.
Dalam al-Quran, madu pun menjadi bagian kenikmatan surga sebagai balasan bagi orang-orang yang beriman dan bertaqwa. “Perumpamaan jannah yang djanjikan kepada orang-orang yang bertaqwa yang didalamnya terdapat sungai-sungai dari air yang tiada berubah rasa dan baunya, sungai-sungai dari air susu yang tidak berubah rasanya, sungai-sungai dari khamar yang lezat rasanya bagi peminumnya dan sungai-sungai dari madu yang disaring; dan mereka memperoleh di dalamnya segala macam buah-buahan dan ampunan dari Rabb mereka, (Apakah) itu sama dengan orang yang kekal dalam jahannam dan diberi minuman dengan air yang mendidih sehingga memotong susnya?” (QS. Muhammad : 150)

Arti Seorang Sahabat dalam Al-Quran dan Hadist


Assalamu'alaikum Wr. Wb.

Pembaca posting yang berbahagia, silahkan baca posting ini dengan penuh perasaan :)

Teman yang paling baik adalah apabila kamu melihat wajahnya, kamu teringat akan Allah,
 mendengar kata-katanya menambahkan ilmu agama, melihat gerak-gerinya teringat mati..

“Sebaik baik sahabat di sisi Allah ialah orang yang terbaik terhadap temannya dan
sebaik baik jiran disisi Allah ialah orang yang terbaik terhadap jirannya” (H.R al-Hakim)

ALLAH SWT mencipta makhluk di atas muka bumi ini berpasang-pasangan. Begitu juga manusia,
tidak akan hidup bersendirian. Kita tidak boleh lari dari berkawan dan menjadi
 kawan kepada seseorang. Jika ada manusia yang tidak suka berkawan atau melarang orang
lain daripada berkawan, dia dianggap ganjil dan tidak memenuhi ciri-ciri sebagai
seorang manusia yang normal.


Inilah antara hikmah, kenapa Allah SWT mencipta manusia daripada berbagai bangsa,
warna kulit dan bahasa. Firman Allah SWT dalam surah al-Hujurat ayat 13, yang bermaksud:

“Wahai umat manusia! Sesungguhnya Kami telah menciptakan kamu dari lelaki dan perempuan,
dan Kami telah menjadikan kamu berbagai bangsa dan berpuak-puak, supaya kamu
berkenal-kenalan (dan beramah mesra antara satu sama lain). Sesungguhnya semulia-mulia
kamu di sisi Allah ialah orang lebih bertakwa. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui,
lagi Maha Mendalam Pengetahuan-Nya.”

dan hanya sanggup berkongsi kegembiraan sahaja.Dalam Islam faktor memilih kawan amat
 dititikberatkan. Hubungan persahabatan adalah hubungan yang sangat mulia,
kerana kawan atau sahabat berperanan dalam membentuk personaliti individu.
Ada kawan yang sanggup bersusah-payah dan berkongsi duka bersama kita,
dan tidak kurang juga kawan yang nampak muka semasa senang

Pendek kata sahabat boleh menentukan corak hidup kita. Justeru, jika salah pilih sahabat
 kita akan merana dan menerima padahnya. Selari dengan hadith Rasululah saw yang bermaksud:
 “Seseorang itu adalah mengikut agama temannya, oleh itu hendaklah seseorang itu
meneliti siapa yang menjadi temannya.” (H.R Abu Daud).

SAHABAT yang beriman ibarat mentari menyinar…
SAHABAT yang setia bagai pewangi mengharumkan…
SAHABAT sejati menjadi pendorong impian…
SAHABAT berhati mulia membawa kita ke jalan ALLAH SWT…


Semoga dengan posting ini anda pembaca sekalian dapat mengambil hikmahnya. Sekian dan terima kasih.

Berbakti kepada Orang tua dalam Al Quran