Sabtu, 30 November 2013

Agungnya Pintu Maaf Allah Swt


Al-Qur’an membincangkan seputar maaf-memaafkan, ternyata Allah Swt memberikan penjelasan gamblang di dalam firman-Nya. QS Ali Imran (3:133) yang artinya:’’ Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa


Allah Swt ingin mengatakan kepada manusia, agar supaya tidak menunda-nunda ketika bertaubat kepada-Nya, oleh karena itu al-Qur’an menggunakan istilah ‘’Wa Sariu’’ yang artinya ber-gegaslah. Sangat rugi sekali, manakala menunda-nunda taubat, karena manusia tidak tahun kapan ajal menjebutnya. 


Dengan taubat itulah, manusia telah mempersiapkan dirinya menjemput kematian. Allah Swt tidak akan pernah menutup pintu maaf, walaupun dosa-dosa manusia itu memenuhi langit dan bumi, tetapi pengampunan-Nya, lebih besar.


Sedangkan, ketika menjelaskan urusan dunia (mencari rejeki), Allah Swt menggunakan istilah ‘’saau’’ yang artinya ‘’ngambah (berjalan) di atas bumi. Makna yang tersirat dalam istilah tersebut ialah, bahwasanya manusia ketika mencari rejeki itu tidak bolehngoyo (berdarah-darah) sehingga kadang melupakan tuhannya.
 Wajar, jika kemudian Allah Swt berfirman, yang artinya:’’ Apabila Telah ditunaikan shalat, Maka bertebaranlah (al-Intisyar) kamu di muka bumi; dan carilah karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak supaya kamu beruntung. Allah Swt mengingatkan, agar supaya mencari rejeki-Nya, itu juga harus dibarengi dengan menyebut nama-Nya. Dan sebaik-baik, dzikir ialah mengingat Allah Swt lewat sholat berjamaah.
Logikanya, kalau manusia merasa bersalah harus segera minta maaf kepada Allah Swt dengan sesungguhnya tanpa menunda-nunda. Sementara, jika mencari dunia, tidak boleh ngoyo (berdarah-darah) dan boleh menyebar dimana saja tidak terbatas oleh tempat, tetapi dengan catatan tidak meninggalkan perintah-Nya. 

Ketika dikumandangkan suara Adzan, segera bergegas menuju masjid terdekat untuk melaksanakan sholat. Atau sholat ditempat bekerja, diusahakan berjamaah. Sebab, dengan jamaah, nilai pahala di sisi Allah Swt semakin besar, dan rejeki semakin berkah.

Adapapun ketika menjelaskan tentang berbuat baik, seperti; membantu fakir miskin, anak yatim, atau ibadah-ibadah sunnah lainya, Allah Swt lebih suka menggunakan istilah’’ Fastabiqu al-Khoirat’’ yang artinya berlomba-lomba dalam urusan kebajikan. QS al-Baqarah (2:148) yang artinya:’’Maka berlomba-lombalah (dalam membuat) kebaikan. di mana saja kamu berada pasti Allah akan mengumpulkan kamu sekalian (pada hari kiamat). 

Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu. Allah Swt menginginkan, agar supaya manusia berlomba-lomba berbuat kebaikan, dengan tidak menunda-nunda, karena sesunguhnya menunda itu salah satu perbuatan tercela.

Ketika diberikan harta benda yang cukup, berlomba-lombalah bersedekah, dan mengunakan harta itu untuk ber-ibadah mendekatkan diri kepada Allah Swt. Jangan sampai, harta itu jutru menjadikan manusia lalai terhadap tuhan. Jangan sampai ketika tuhan mencabut kekayaan itu lantas mengatakan:’’ seandainya saya waktu itu menunaikan ibadah haji, seandainya waktu itu saya gunakan utuk membangun masjid dll…’’tetapi itu semua tinggalah penyesalan belaka. Oleh karena itu, ketika dalam urusan kebaikan, Allah Swt menggunakan istilah ‘’berlomba dalam kebaikan’’dalam istilah Jusuf Kalla’’ lebih cepat lebih baik’’.

Dan ketika Allah Swt menjelaskan makna saling memaafkan, ternyata Allah Swt ingin agar manusia itu memaafkan orang yang pernah berbuat salah. Di dalam istilah al-Qur’an ‘’Aafina Ani al-Naas’’ sebagaimana penjelesan QS Ali Imran (3:134) yang artinya:’’ (yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan mema’afkan (kesalahan) orang. 

Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan. Al-Qur’an menjelaskan bahwa manusia yang pemaaf itu sangat mulai, karena ini cerminan dari ahlak Nabi Saw yang selalu mampu memanaj nafsu amarahnya, dan tidak pernah menolak setiap orang yang meminta maaf. Sebesar apa-pun kesalahan yang dilakukan terhadap dirinya, Nabi Saw selalu tersenyum. Dalam kondisi susah dan senang, Nabi Saw selalu memberikan apa yang dimiliki kepada orang yang membutuhkan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar