mindyummy.files.wordpress.com
Ini adalah sebuah informasi baru, yang tidak ditemukan oleh para ilmuwan melainkan semenjak beberapa tahun yang lalu. Akan tetapi mungkin kita lebih heran lagi jika kita tahu bahwa al-Quran telah mengisyaratkan dengan sangat jelas hal tersebut. Dan ini adalah di antara hal yang membuktikan keajaiban kitab yang mulia ini (al-Qur'an) ....
Telah
muncul sebuah masalah baru yang membuat bingung para dokter di Barat,
yaitu adanya beberapa anomali (kelainan/cacat) pada janin selama masa
kehamilan, dan setelah melakukan banyak usaha dan studi yang menyeluruh,
mereka menemukan bahwa kesedihan secara signifikan mempengaruhi
perkembangan dan pembentukan janin dalam rahim ibunya!
Para peneliti mengatakan bahwa tekanan emosional dan psikologis yang parah yang dialami oleh seorang wanita selama kehamilan, dan bahkan sebelum itu dapat menjadi faktor timbulnya berbagai kelainan pada janin.
Para peneliti mengatakan bahwa tekanan emosional dan psikologis yang parah yang dialami oleh seorang wanita selama kehamilan, dan bahkan sebelum itu dapat menjadi faktor timbulnya berbagai kelainan pada janin.
Studi-studi
dan penelitian sebelumnya menyebutkan bahwa tekanan psikologis yang
kuat selama kehamilan, seperti kehilangan pekerjaan, perceraian atau
perpisahan dengan suami atau kesedihan atas kematian, dapat menyebabkan
kondisi yang tidak wajar pada janin dan menyebabkan kelainan seperti
hidung yang tidak sempurna, bibir sumbing dan lain-lain. Tim peneliti
yang dipimpin oleh Dr Dorat Hansen, telah sampai pada hasil terakhir,
dan ia berkomitmen akan menguji temuan dari studi sebelumnya.
Tim
peneliti memeriksa rekam medis yang memiliki kaitan dengan masalah ini
di Denmark selama rentang waktu antara tahun 1980 dan 1992 untuk
mengidentifikasi wanita-wanita yang mengalami tekanan psikologis yang
berat dan kuat karena insiden yang serius dan berpengaruh dalam
kehidupan mereka yang terjadi 16 bulan sebelum masa subur.
Para peneliti membandingkan antara 3560 wanita yang melewati pengalaman psikologis yang sulit, dengan sekitar 20 ribu kelahiran dari para wanita yang tidak mengalami peristiwa tersebut, seperti kehilangan seseorang yang dekat dan disayanginya disebabkan kematian, atau ditemukan kanker serius pada tubuh kerabat dekatnya, dan hal-hal lain yang memberikan tekanan secara psikologis dan emosional.
Para peneliti membandingkan antara 3560 wanita yang melewati pengalaman psikologis yang sulit, dengan sekitar 20 ribu kelahiran dari para wanita yang tidak mengalami peristiwa tersebut, seperti kehilangan seseorang yang dekat dan disayanginya disebabkan kematian, atau ditemukan kanker serius pada tubuh kerabat dekatnya, dan hal-hal lain yang memberikan tekanan secara psikologis dan emosional.
Para
peneliti menemukan bahwa persentase kejadian anomali kongenital
(kelainan/cacat bawaan dari lahir) pada bayi yang lahir dari wanita yang
mengalami tekanan (psikologis) dua kali lipat dibandingkan
wanita-wanita lain. Sebagaimana juga dilihat bahwa wanita yang hamil dua
kali berturut-turut lebih besar kemungkinannya untuk melahirkan anak
cacat dibandingkan wanita lain.
Dan
para peneliti juga menemukan bahwa kemungkinan janin mengalami cacat
lahir meningkat ketika ibunya bersedih atas meninggalnya salah seorang
anaknya pada masa tiga bulan pertama kehamilan, dan bahkan persentase
risiko tersebut akan meningkat jika kematian tersebut tidak terduga
sebelumnya. Dan para ilmuwan memperkirakan bahwa stres (tekanan
psikologis) menyebabkan peningkatan hormon kortison, yang menyebabkan
kadar gula darah meningkat, dan menyebabkan kadar oksigen dalam jaringan
menyusut (berkurang). Dan keduanya adalah faktor yang menyebabkan cacat
bawaan pada janin.
Dr. Peter Heber dari Pusat Penelitian Perilaku-perilaku Yang Mematikan di Universitas Queen di Belfast, Irlandia Utara berkata:"
Sesungguhnya hasil-hasil ini tidak begitu mengejutkan, karena kalangan
medis mengetahui bahwa stres (tekanan psikologis) mempengaruhi aktivitas
fisiologis (mekanisme kerja organ dan jaringan dalam tubuh) dalam tubuh
wanita hamil. Dan kami tidak melihat adanya alasan untuk tidak
berpindahnya pengaruh ini ke janin."
Dan
ia menjelaskan bahwa hasil-hasil studi terbaru mendukung bukti-bukti
yang telah terakumulasi di masa lalu tentang pengaruh (efek) krisis
psikologis dan tekanan yang dihasilkan darinya pada wanita-wanita hamil
serta perannya dalam malformasi (perkembangan abnormal) janin.
Para
ilmuwan menegaskan bahwa kesedihan memberikan pengaruh negatif pada
janin, dan tingkat pengaruhnya tidak kecil, akan tetapi terkadang dapat
menyebabkan cacat lahir yang serius, karena tahapan perkembangan janin
adalah sesuatu yang sangat sensitif dan bisa terpengaruh dengan hal
apapun. Oleh sebab itu saya akan menyarankan kepada semua ibu
hamil untuk banyak mendengarkan al-Qur'an (memperdengarkan bayinya
suara al-Quran setiap hari), karena perbuatan ini akan membuat janin lebih stabil.
Terlebih lagi studi terbaru menegaskan bahwa janin mendengar suara-suara di sekelilingnya dan terpengaruh olehnya. Sebagaimana juga mendengarkan al-Qur'an menjadikan stabilnya hati ibu dan memberikan ketenangan, suatu hal yang memberikan pengaruh positif pada janin, sehingga ia tumbuh dengan baik.
Terlebih lagi studi terbaru menegaskan bahwa janin mendengar suara-suara di sekelilingnya dan terpengaruh olehnya. Sebagaimana juga mendengarkan al-Qur'an menjadikan stabilnya hati ibu dan memberikan ketenangan, suatu hal yang memberikan pengaruh positif pada janin, sehingga ia tumbuh dengan baik.
Lihatlah Keindahan Al-Qur'an
Sesungguhnya
informasi-informasi yang telah kita ketahui dalam berita ilmiah yang
disampaikan oleh para dokter, yang mereka klaim bahwasanya hal itu
adalah informasi baru, yang baru pertama kali dimunculkan, ternyata
ketika kita mentadabburi (mencermati) al-Qur'an al-Karim kita dapati
bahwasanya al-Qur'an telah mengisyaratkan adanya hubungan antara
kesedihan dengan kehamilan. Yaitu dalam kisah Maryam 'alaihassalam. Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman kepada Maryam'alaihassalam:
(فَحَمَلَتْهُ فَانْتَبَذَتْ بِهِ مَكَانًا قَصِيًّا * فَأَجَاءَهَا الْمَخَاضُ إِلَى جِذْعِ النَّخْلَةِ قَالَتْ يَا لَيْتَنِي مِتُّ قَبْلَ هَذَا وَكُنْتُ نَسْيًا مَنْسِيًّا * فَنَادَاهَا مِنْ تَحْتِهَا أَلَّا تَحْزَنِي قَدْ جَعَلَ رَبُّكِ تَحْتَكِ سَرِيًّا * وَهُزِّي إِلَيْكِ بِجِذْعِ النَّخْلَةِ تُسَاقِطْ عَلَيْكِ رُطَبًا جَنِيًّا * فَكُلِي وَاشْرَبِي وَقَرِّي عَيْنًا فَإِمَّا تَرَيِنَّ مِنَ الْبَشَرِ أَحَدًا فَقُولِي إِنِّي نَذَرْتُ لِلرَّحْمَنِ صَوْمًا فَلَنْ أُكَلِّمَ الْيَوْمَ إِنْسِيًّا) [مريم: 22-26]
" Maka Maryam mengandungnya (hamil), lalu
ia menyisihkan diri dengan kandungannya itu ke tempat yang jauh. Maka
rasa sakit akan melahirkan anak memaksa ia (bersandar) pada pangkal
pohon kurma, ia berkata:"Aduhai, alangkah baiknya aku mati sebelum ini,
dan aku menjadi sesuatu yang tidak berarti, lagi dilupakan". Maka Jibril
menyerunya dari tempat yang rendah:"Janganlah kamu bersedih hati, sesungguhnya
Rabbmu telah menjadikan anak sungai di bawahmu. Dan goyangkanlah
pangkal pohon kurma itu ke arahmu, niscaya pohon itu akan menggugurkan
buah kurma yang masak kepadamu. Maka makan, minum dan bersenang hatilah
kamu. Jika kamu melihat seorang manusia, maka katakanlah:"Sesungguhnya
aku telah bernazar berpuasa untuk Yang Maha Pemurah, maka aku tidak akan
berbicara dengan seorang manusiapun pada hari ini.". (QS. Maryam: 22-26)
Petunjuk
Ilahi (al-Qur'an) ini menunjukkan pentingnya seorang wanita yang hamil
untuk bergembira, ceria dan tidak berduka (sedih) karena hal itu akan
menyakiti janinnya.
Dan jika kita perhatikan ayat-ayat al-Qur'an, maka kita temukan bahwa kata تَحْزَنِي(berduka/sedih) datang satu kali lagi pada ibu Musa 'alaihissalam ketika Rabbnya memerintahkannya untuk tidak berduka, Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:
(وَأَوْحَيْنَا إِلَى أُمِّ مُوسَى أَنْ أَرْضِعِيهِ فَإِذَا خِفْتِ عَلَيْهِ فَأَلْقِيهِ فِي الْيَمِّ وَلَا تَخَافِي وَلَا تَحْزَنِي إِنَّا رَادُّوهُ إِلَيْكِ وَجَاعِلُوهُ مِنَ الْمُرْسَلِينَ) [القصص: 7]
" Dan Kami ilhamkan kepada ibu Musa:"Susuilah dia, dan apabila kamu khawatir terhadapnya maka jatuhkanlah dia ke sungai (Nil). Dan janganlah kamu khawatir dan jangan (pula) bersedih hati, karena sesungguhnya Kami akan mengembalikannya kepadamu, dan menjadikannya (salah seorang) dari para rasul.". (QS. Al-Qashash: 7)
Karena Allah Subhanahu wa Ta'ala Maha mengetahui bahwa kesedihan akan berbahaya baginya dan anaknya. Karena ia (ibu Musa 'alaihissalam) akan menyusui Musa, dan susunya akan terpengaruh oleh kesedihan dan depresi. Oleh sebab itu AllahSubhanahu wa Ta'ala mengembalikan anaknya (Musa) kepadanya, supaya ia tidak bersedih dan menjadi tenteram. Dia Subhanahu wa Ta'ala berfirman setelah itu:
(فَرَدَدْنَاهُ إِلَى أُمِّهِ كَيْ تَقَرَّ عَيْنُهَا وَلَا تَحْزَنَ وَلِتَعْلَمَ أَنَّ وَعْدَ اللَّهِ حَقٌّ وَلَكِنَّ أَكْثَرَهُمْ لَا يَعْلَمُونَ) [القصص: 13].
"
Maka Kami kembalikan Musa kepada ibunya, supaya senang hatinya dan
tidak berduka cita dan supaya ia mengetahui bahwa janji Allah itu adalah
benar, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahuinya.". (QS. Al-Qashash: 13)
Dan lihatlah wahai saudaraku tercinta, bagaimana perintah ilahi diulang tiga kali dalam kisah ini:
(أَلَّا تَحْزَنِي - وَلَا تَحْزَنِي - وَلَا تَحْزَنَ)
(supaya kamu jangan bersedih - jangan bersedih – dia (ibu Musa 'alaihissalam) tidak bersedih)
Dan ini menunjukkan bahwa Allah Subhanahu wa Ta'ala ingin
agar kita tidak bersedih, padahal kita ketahui bahwa kesedihan adalah
sifat manusiawi resep yang kita tidak bisa terbebas darinya. Nabi shallallahu 'alaihi wasallam pernah bersedih atas meninggalnya anak beliau shallallahu 'alaihi wasallam, dan Nabi Ya'qub 'alaihissalam pernah bersedih ketika berpisah dengan Yusuf 'alaihissalam anaknya. Oleh sebab itu, kisah-kisah al-Qur'an ini menghibur Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam dan memberi beliau tambahan kesabaran, agar beliau bergembira dengan rahmat Rabbnya. AllahSubhanahu wa Ta'ala berfirman kepada Nabi-Nya:
(وَاصْبِرْ وَمَا صَبْرُكَ إِلَّا بِاللَّهِ وَلَا تَحْزَنْ عَلَيْهِمْ وَلَا تَكُ فِي ضَيْقٍ مِمَّا يَمْكُرُونَ * إِنَّ اللَّهَ مَعَ الَّذِينَ اتَّقَوْا وَالَّذِينَ هُمْ مُحْسِنُونَ) [النحل: 127-128]
"
Bersabarlah (hai Muhammad) dan tiadalah kesabaranmu itu melainkan
dengan pertolongan Allah dan janganlah kamu bersedih hati terhadap
(kekafiran) mereka dan janganlah kamu bersempit dada terhadap apa yang
mereka tipu dayakan. Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang
bertaqwa dan orang-orang yang berbuat kebaikan.". (QS. An-Nahl: 127-128)
Dan Dia Subhanahu wa Ta'ala berfirman menyeru orang-orang yang beriman:
(وَلَا تَهِنُوا وَلَا تَحْزَنُوا وَأَنْتُمُ الْأَعْلَوْنَ إِنْ كُنْتُمْ مُؤْمِنِينَ) [آل عمران: 139]
"
Janganlah kamu bersikap lemah, dan janganlah (pula) kamu bersedih hati,
padahal kamulah orang-orang yang paling tinggi (derajatnya), jika kamu
orang-orang yang beriman.". (QS. Ali 'Imraan: 139)
Maka apakah kita akan bersedih setelah mendengar seruan Ilahi yang indah ini?
Dan kita ingat Nabi kita Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam, saat itu beliau dalam keadaan yang paling sulit dan paling mendesak, ketika beliau shallallahu 'alaihi wasallamberada
di dalam gua, sedangkan kaum musyrikin mengintainya dari setiap
penjuru. Maka apa yang beliau ucapkan kepada shahabat Abu Bakr radhiyallahu 'anhu? AllahSubhanahu wa Ta'ala berfirman:
(إِذْ يَقُولُ لِصَاحِبِهِ لَا تَحْزَنْ إِنَّ اللَّهَ مَعَنَا) [التوبة: 40]
" …Ketika dia berkata kepada temannya:"Janganlah berduka cita, sesungguhnya Allah bersama kita". ….". (QS. At-Taubah: 40)
Semua
ayat-ayat ini adalah pesan positif bagi orang-orang yang beriman agar
meninggalkan kesedihan, dan memulai hidup baru, yang di dalamnya ia
merasakan rahmat Allah Subhanahu wa Ta'ala. Kita memohon kepada Allah Subhanahu wa Ta'alaagar
menerima amalan kami ini dan agar memberikan balasan yang baik bagi
saudara kami yang mengirim gagasan artikel ini, dan bagi semua orang
yang memberikan kontribusi dalam mengirimkan ide atau informasi yang
bermanfaat bagi pembahasan ini. Sesungguhnya Dia Mahadekat dan
Mahamengabulkan do'a. Amiin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar